Oleh: Rina Kastori, Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Dalam mempertahankan kedaulatan, Indonesia mengalami berberapa macam pemberontakan. Salah satu pemberontakan tersebut adalah Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).
Berikut adalah penjelasan tentang pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)!
Konferensi Meja Bundar pada Agustus 1949 menghasilkan keputusan:
Baca juga: Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda
Pasukan KL dan KNIL merasa dirugikan dengan keputusan KMB. Pasukan KNIL takut mengalami hukuman atau ancaman saat menyatu dengan TNI kelak.
Akhirnya, seorang Komandan dari kesatuan khusus Depot Speciale Troopen (DST), Kapten Raymond Westerling memanfaatkan keadaan. Dia berhasil mengumpulkan 8.000 pasukan dari desertir dan anggota KNIL.
Westeling kemudian menggunakan nama Ratu Adil dari kitab Jangka Jayabaya tentang datangnya "Sang Ratu Adil". Westerling pun menamai gerakan ini dengan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).
Gerakan APRA dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling. Gerakan ini didasari oleh adanya kepercayaan rakyat akan datangnya seorang ratu adil yang akan membawa mereka ke suasana aman dan tenteram serta memerintah dengan adil dan bijaksana.
Baca juga: Mengingat Pembantaian Westerling yang Dilakukan Belanda 73 Tahun Lalu
Tujuan gerakan APRA adalah untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan memiliki tentara tersendiri pada negara bagian RIS.
Pada tanggal 23 Januari 1950, pasukan APRA menyerang Kota Bandung serta melakukan pembantaian dan pembunuhan terhadap anggota TNI.
APRA tidak mau bergabung dengan Indonesia dan memilih tetap mempertahankan status quo karena jika bergabung dengan Indonesia mereka akan kehilangan hak istimewanya.
Pada akhirnya, pemerintah Indonesia ikut turun tangan agar penyelesaian pemberontakan APRA dapat terjadi, dengan mengerahkan kekuatan militer dan melakukan perundingan dengan pihak Belanda untuk menekan Westerling.
Baca juga: Pemberontakan PETA di Blitar
Lebih jelasnya, terdapat operasi militer yang dilakukan untuk menumpas pemberontakan APRA dilakukan oleh pihak TNI, dengan tujuan menangkap Westerling dan Sultan Hamid II pada tanggal 24 Januari 1950.
Selain itu, Drs. Moh. Hatta juga melakukan perundingan dengan Komisaris Tinggi Belanda untuk menekan Westerling. Pada 5 April 1950, Sultan Hamid II berhasil ditangkap, diadili, dan kemudian dipenjara. Sedangkan, Westerling berhasil kabur ke Singapura.
Hilangnya sosok pemimpin APRA membuat kelompok tersebut menjadi tersebar dan bisa dibilang bubar.
Walau pada akhirnya pemberontakan berakhir, dampak langsung dari terjadinya pemberontakan APRA tetap tak terlupakan, seperti banyaknya anggota TNI yang gugur, serta betapa mencekamnya suasana Bandung saat itu.
Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.