Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengingat Pembantaian Westerling yang Dilakukan Belanda 73 Tahun Lalu

Kompas.com - 11/03/2020, 07:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

KOMPAS.com - Kedatangan Raja dan Ratu Belanda ke Indonesia pada Selasa (10/03/2020) hingga Jumat (13/03/2020) mendapat penolakan dari sejumlah pihak.

Melansir BBC Indonesia, mereka yang menolak adalah keluarga korban pembantaian Westerling.

Pembantaian Westerling adalah peristiwa pembunuhan ribuan rakyat sipil di Sulawesi Selatan pada Desember 1946 hingga Februari 1947.

Pembantaian dilakukan oleh pasukan khusus Belanda Depot Speciale Troepen (DST) di bawah pimpinan Raymond Pierre Paul Westerling.

Bagaimana peristiwa ini bermula?

Setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia masih harus menghadapi Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia setelah Jepang pergi.

Di berbagai daerah, rakyat Indonesia harus berperang melawan pasukan Belanda.

Baca juga: Perang Gerilya, Taktik Perang Melawan Penjajah

Selain melakukan agresi militer, Belanda juga berusaha memecah Indonesia dengan mendirikan negara-negara boneka berbentuk negara federal. Ini terjadi di Sulawesi Selatan.

Dalam Tragedi Patriot dan Pemberontak Kahar Muzakkar (2010), dijelaskan Belanda hendak mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT) dengan Makassar sebagai ibu kotanya.

Maka pada akhir 1946, 120 orang dari pasukan khusus DST dan komandannya, Westerling, dikirim ke Makassar.

Mereka tiba dengan kapal pada 5 Desember 1946. Mereka ditugasi untuk menumpas pemberontak.

Pemberontak adalah kelompok nasionalis atau republikein, rakyat revolusioner yang mendukung kemerdekaan Republik Indonesia.

Apa saja yang dilakukan Westerling?

Maarten Hidskes, putra Piet Hidskes, anggota DST, menuturkan kisah perang yang selama ini ditutupi ayahnya.

Kapten Raymond Westerling yang disebut terlibat dalam pembantaian di Sulawesi Selatan dan membentuk Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang menyerang Bandung pada 1950.Wikipedia Kapten Raymond Westerling yang disebut terlibat dalam pembantaian di Sulawesi Selatan dan membentuk Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang menyerang Bandung pada 1950.
Ia menuliskan kekejaman Belanda dalam buku Di Belanda Tak Seorang Pun Mempercayai Saya: Korban Metode Westerling di Sulawesi Selatan 1946-1947 (2018).

Baca juga: Janda Korban Westerling Dapat Ganti Rugi dari Belanda

Maarten menceritakan Westerling memulai operasinya pada 11 Desember 1946. Sesampai di Makassar, ia membangun kamp di Mattoangin.

Pagi pagi hari, dari kamp, mereka bergerak ke kampung Batua. Warga dari kampung sekitar yakni Borong, Patunuang, Parang, dan Baray juga dibariskan di lapangan rumput.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com