Selain udara lembap, lautan yang hangat dan adanya gangguan cuaca dan angin yang bergerak naik membawa udara lembap juga memengaruhi munculnya energi ini.
Apabila unsur-unsur tersebut di atas berlangsung cukup lama, maka hal ini akan membentuk terjadinya angin kencang, gelombang laut yang tinggi, hujan deras, serta banjir yang mengikuti peristiwa badai ini.
Proses terjadinya badai dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
Suhu air laut hingga kedalaman 50 meter lebih dari 26,5 derajat selcius. Perairan yang hangat menjadi sumber energi dari badai.
Jika badai bergerak ke daratan atau ke perairan yang dingin, kekuatan badai akan melemah secara drastis.
Baca juga: Tekanan Udara: Pengertian, Faktor yang Memengaruhi, dan Jenisnya
Suhu atmosfer turun drastis seiring dengan meningkatnya ketinggian. Penurunan suhu tersebut tidak memungkinkan terjadinya perpindahan kelembaban udara secara konveksi.
Aktivitas badai petir mendorong uap air untuk melepaskan kandungan panasnya.
Kelembaban udara yang tinggi pada atmosfer diakibatkan oleh suhu atmosfer yang menurun. Kelembaban tersebut juga berpengaruh pada proses terjadinya badai.
Proses terjadinya badai ini berlangsung di daerah sekitaran garis lintang nol derajat atau garis khatulistiwa, namun tidak terlampau dekat.
Proses terjadinya badai akan berlangsung pada jarak minimum 500 kilometer dari garis khatulistiwa.
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Garis Khatulistiwa?
Angin yang bergerak naik secara vertikal dengan kecepatan kurang dari 10 meter per detik akan memengaruhi proses terjadinya badai.
Angin tersebut tidak akan merusak proses pembentukan formasi badai, khususnya badai siklon tropis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.