Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Kerajaam Mataram Islam berkuaa di Pulau Jawa antara abad ke-16 hingga abad ke-18. Pendiri Kerajaan Mataram Islam adalah Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati.
Sedangkan raja yang terkenal karena berhasil membawa Kerajaan Mataram Islan pada puncak kejayaannya adalah Sultan Agung. Beliau berkuasa pada 1613 hingga 1645.
Karena terjadi perpecahan kekuasaan, yaitu yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan Nagari Kasunanan Surakarta, Kerajaan Mataram Islam pun runtuh.
Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam meninggalkan sejarah pada dua kota yaitu di Yogyakarta dan Surakarta.
Baca juga: Perkembangan Kerajaan Pajang dan Mataram
Berikut beberapa peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, yakni:
Sastra Ghending adalah salah satu karya Sultan Agung Hanyakrakusuma yang dipandang berharga karena mengandung nilai-nilai mistis, religius, dan filosofis.
Adanya pengrajin perak muncul siring dengan tumbuhnya pusat Kerajaan Mataram Islam. Pusat kerajinan perak ada di Kotagede, Yogyakarta. Di mana wilayah tersebut menjadi satu kesatuan tumbuhnya Kerajaan Mataran Islam.
Pada waktu masuknya Belanda melalui VOC ke Indonesia, justru kerajinan perak tumbuh pesat karena permintaan peralatan rumah tangga dari emas, perak, tembaha, dan kuningan yang tinggi.
Adapun tradisi Kalang Obong ini sendiri ialah tradisi kematian orang Kalang yang dilakukan dengan cara membakar berbagai peninggalan orang yang telah meninggal.
Kue Kipo merupakan makanan khas masyarakat dari Kota Gede. Menurut beberapa orang, makanan ini telah ada sejak masa Kerajaan Mataram Islam berdiri.
Baca juga: Perjanjian Giyanti, Memecah Kerajaan Mataram Menjadi Dua
Tempat ini merupakan tempat Ki Ageng Pemanahan melakukan pertapaan untuk menerima wahyu kerajaan Mataram Islam.
Terdapat Segara Wana dan Syuh Brata yang merupakan meriam-meriam peninggalan Kerajaan Mataram Islam. Meriam-meriam tersebut diberikan oleh Belanda atas perjanjian bersama Kerajaan Mataram Islam di masa kepemimpinan Sultan Agung.
Masjid ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang terletak di sebelah barat Alun-Alun Utara Keraton Surakarta.
Masjid Agung dibangun oleh Sunan Pakubuwono III pada 1763 dan selesai pada 1768. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga difungsikan untuk mendukung keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten.