Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/09/2022, 07:30 WIB
Silmi Nurul Utami

Editor

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Kerajaam Mataram Islam berkuaa di Pulau Jawa antara abad ke-16 hingga abad ke-18. Pendiri Kerajaan Mataram Islam adalah Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati. 

Sedangkan raja yang terkenal karena berhasil membawa Kerajaan Mataram Islan pada puncak kejayaannya adalah Sultan Agung. Beliau berkuasa pada 1613 hingga 1645. 

Karena terjadi perpecahan kekuasaan, yaitu yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan Nagari Kasunanan Surakarta, Kerajaan Mataram Islam pun runtuh. 

Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam meninggalkan sejarah pada dua kota yaitu di Yogyakarta dan Surakarta.

Baca juga: Perkembangan Kerajaan Pajang dan Mataram

Berikut beberapa peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, yakni: 

  • Karya Sastra Ghending dari Sultan Agung

Sastra Ghending adalah salah satu karya Sultan Agung Hanyakrakusuma yang dipandang berharga karena mengandung nilai-nilai mistis, religius, dan filosofis. 

  • Adanya kerajinan perak

Adanya pengrajin perak muncul siring dengan tumbuhnya pusat Kerajaan Mataram Islam. Pusat kerajinan perak ada di Kotagede, Yogyakarta. Di mana wilayah tersebut menjadi satu kesatuan tumbuhnya Kerajaan Mataran Islam.

Pada waktu masuknya Belanda melalui VOC ke Indonesia, justru kerajinan perak tumbuh pesat karena permintaan peralatan rumah tangga dari emas, perak, tembaha, dan kuningan yang tinggi. 

  • Adanya tradisi Kalang Obong

Adapun tradisi Kalang Obong ini sendiri ialah tradisi kematian orang Kalang yang dilakukan dengan cara membakar berbagai peninggalan orang yang telah meninggal.

  • Terdapat kuliner khas Kue Kipo

Kue Kipo merupakan makanan khas masyarakat dari Kota Gede. Menurut beberapa orang, makanan ini telah ada sejak masa Kerajaan Mataram Islam berdiri.

Baca juga: Perjanjian Giyanti, Memecah Kerajaan Mataram Menjadi Dua

  • Terdapatnya pertapaan Kembang Lampir

Tempat ini merupakan tempat Ki Ageng Pemanahan melakukan pertapaan untuk menerima wahyu kerajaan Mataram Islam.

  • Segara Wana dan Syuh Brata 

Terdapat Segara Wana dan Syuh Brata yang merupakan meriam-meriam peninggalan Kerajaan Mataram Islam. Meriam-meriam tersebut diberikan oleh Belanda atas perjanjian bersama Kerajaan Mataram Islam di masa kepemimpinan Sultan Agung.

  • Masjid Agung Surakarta 

Masjid ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang terletak di sebelah barat Alun-Alun Utara Keraton Surakarta. 

Masjid Agung dibangun oleh Sunan Pakubuwono III pada 1763 dan selesai pada 1768. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga difungsikan untuk mendukung keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten.

  • Kompleks makam Kerajaan Imogiri

Makam Kerajaan Imogiri sejak awal sudah dipersiapkan Sultan Agung. Sebagai persemayaman atau tempat makam raja-raja Kesultanan Mataram. Letaknya 17 kilometer ke arah selatan Kota Yogyakarta. 

Baca juga: Prasasti Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

  • Taman Sari 

Taman Sari adalah situs bekas taman istana milik Keraton Yogyakarta yang dibangun pada zaman Sultan Hamengkubuwono I pada 1758-1765. 

Sebagai pimpinan proyek pembangunan, ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro dan seluruh biayanya ditanggung oleh Bupati Madiun. 

Oleh karena itu, daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Meskipun fungsi utamanya sebagai taman kerajaan, beberapa bangunan di dalamnya mengindikasikan bahwa Taman Sari juga berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh.

 

(Sumber: KOMPAS.com/Widya Lestari Ningsih | Editor: Nibras Nada Nailufar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com