Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Cheikh Anta Diop Meluruskan Sejarah

Kompas.com - 15/08/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

CHEIKH Anta Diop adalah cendekiawan Senegal yang studi ilmu fisika di Curie Laboratorium di Paris, Prancis. Jasa Diop terhadap sains adalah menerjemahkan teori relativitas Albert Einstein ke dalam bahasa tradisional Senegal, Wolof .

Di samping fisika, Diop juga melakukan riset intensif terhadap sejarah Afrika, egyptologi, linguistik, antropologi, ekonomi dan sosiologi yang mendasari segenap pemikiran Diop tentang asal mula peradaban Afrika.

Thesis Diop yang termuat di dalam bukunya berjudul The African Origin of Civilizations : Myth or Reality bahwa peradaban umat manusia berasal dari Afrika ditolak mentah-mentah oleh masyarakat akademis Barat yang sudah membekukan diri pada keyakinan bahwa peradaban umat manusia berasal dari Yunani kuno.

Baca juga: Mansa Musa I dari Kekaisaran Mali, Kaisar Terkaya dalam Sejarah Peradaban Manusia

Menurut Diop, keyakinan dirinya bahwa peradaban umat manusia berasal dari Afrika sama sekali bukan khayalan sebab secara ilmiah didukung oleh keyakinan para ilmuwan antropologi dan evolusi yang kini sudah sepakat dalam mengakui bahwa mahluk yang disebut sebagai manusia berasal dari Afrika.

Bukti bahwa peradaban umat manusia berasal dari Afrika sebenarnya sudah diakui oleh sejarawan Yunani kuno, Herodotus yang melihat dengan mata di kepala sendiri bahwa kefiraunan Mesir kuno mayoritas dihuni masyarakat berkulit hitam dan berambut kribo yang oleh Herodotus disebut sebagai orang Colchia and Ethiopia.

Pernyataan Herodotus didukung oleh para tokoh pemikir Yunani lainnya seperti Aeschylus, Aristoteles, dan Strabo.

Egiptolog EAW Budge juga meyakini bahwa peradaban umat manusia berasal dari Afrika setelah menemukan kesamaan bahasa dan budaya masyarakat Mesir kuno dengan masyarakat Ethiopia dan Sudan. Pada tahun 1920, Budge memaklumatkan kesimpulan di dalam bukunya berjudul Egyptian Hieroglyphic Dictionary yang frontal menantang tradisi egiptologi dengan mengklafisikasikan kebudayaan dan bahasa Mesir kuno sebagai bukan Semitik tetapi Afrikan.

Bahkan masyarakat Mesir kuno menyebut tanah, air, udara mereka “kamit” yang berarti tanah hitam serta menyebut diri mereka “kamiu” yang berarti orang hitam.

Alkitab Nasrani dan Yahudi di dalam bab Kejadian pada Perjanjian Lama menyebut Nabi Nuh memiliki tiga putra yaitu Ham, Shem dan Japeth. Ham dianggap sebagai kakek-moyang ras kuliit Hitam dan kebetulan Ham berasal dari kata bahasa Mesir kuno: Kam yang berarti hitam. Kemudian Ham beranak Misraim = Mesir ; Cush = Ethiopia, Canaan = Palestina dan Phut = Punt alias Afrika Timur.

Kandungan melanin pada mumi

Cheikh Anta Diop memantapkan keyakinan bahwa Afrika merupakan kawasan awal mula peradaban dunia dengan menampilkan fakta bahwa masyarakat Mesir kuno berkulit “merah gelap” atau “Mediterranean” analog dengan suku Masai di Kenya memiliki kulit berwarna merah-gelap kecokelat-cokelatan.

Diop juga sempat meneliti kandungan melanin pada para mumi Mesir kuno dan menemukan fakta bahwa kulit mumi Mesir kuno mengandung pigmen melanin sama dengan masyarakat Sub-Sahara Afrika yang makin membenarkan tesis bahwa peradaban Mesir kuno merupakan peradaban masyarakat berkulit hitam sebagai cikal-bakal peradaban umat manusia di planet bumi yang cuma satu dan satu-satunya.

Baca juga: Fungsi Piramida pada Zaman Mesir Kuno

Adalah wajar apabila para ilmuwan penganut paham white supremacist sinis mencemooh Profesor Cheikh Anta Diop sebagai seorang professor linglung yang gemar mengumbar khayalan wishfull thinking dirinya belaka.

Namun sejarah membuktikan bahwa di kawasan pusat ibu kota Senegal, Dakkar, pada tanggal 3 November 2020 telah diresmikan sebuah monumen patung Cheikh Anta Diop sebagai penghormatan bangsa Senegal kepada putra terbaik Senegal yang telah meluruskan sejarah tentang Afrika sebagai benua asal mula peradaban manusia di planet Bumi ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com