KOMPAS.com - Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila merupakan pedoman, acuan, dan pandangan hidup bangsa.
Berdasarkan dimensi yang dimilikinya, Pancasila termasuk ideologi terbuka. Adapun dimensi yang dimaksud adalah:
Dikutip dari buku Teori dan Aplikasi Pendidikan Kewarganegaraan (2021) karangan Safriadi dkk, dengan memiliki ketiga dimensi tersebut, ini membuat Pancasila menjadi tidak bersifat utopis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), utopis adalah berupa khayal atau bersifat khayal.
Maksud Pancasila tidak bersifat utopis adalah nilai yang dikandung Pancasila bersifat realistis dan bukan mengada-ada.
Baca juga: Ciri-ciri Demokrasi Pancasila
Menurut Cakti Indra Gunawan dalam buku Post-Reformasi Merekonstruksi Semangat Pancasila dan Reformasi Berbasis Online (2019), realistis berarti mampu dijabarkan dalam segala aspek kehidupan nyata.
Pancasila tidak bersifat utopis artinya nilai Pancasila bukanlah ide belaka yang jauh dari kehidupan sehari-hari, melainkan bersifat nyata, reformatif, dan mampu melakukan perubahan.
Sebagai contoh, sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai Ketuhanan yang dikandung ini bersifat nyata dan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya beribadah sesuai keyakinan dan ajaran agamanya masing-masing, serta menghormati kepercayaan dan agama yang dianut orang lain.
Selain tidak bersifat utopis, Pancasila juga bukan ideologi yang pragmatis, di mana hanya menekankan segi praktis saja tanpa aspek idealisme.
Dengan dekikian, Pancasila sebagai ideologi terbuka memuat nilai dasar yang bersifat universal dan tetap.
Baca juga: Contoh Peran Siswa dalam Mempertahankan Pancasila di Sekolah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.