KOMPAS.com - Apakah kamu sering merasa bahwa kamu belum ada perkembangan pada diri sendiri? Atau mungkin kamu merasa bahwa akhir-akhir ini tidak berkembang dengan maksimal?
Tidak perlu khawatir karena fase dan perasaan itu adalah hal yang normal.
Perasaan itu dapat diubah menjadi hal yang positif dengan memaksimalkan kelebihan yang dimiliki.
Lakukan hal-hal kecil seperti rutinitas keseharian yang bisa diubah menjadi hal yang postif.
Contohnya, sering bergadang atau mengonsumsi makanan cepat saji menjadi beberapa kebiasaan yang bisa diubah.
Perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan dengan Teori Pavlov. Apa itu Teori Pavlov?
Baca juga: Teori Penstrukturan: Pengertian, Asumsi, dan Konsep
Dikutip dari Simply Psychology, Teori Pavlov atau classical conditioning merupakan teori yang dipaparkan oleh seorang ahli psikologi Rusia, Ivan Pavlov.
Teori Pavlov adalah pengkondisian klasik yang menggambarkan proses pembelajaran melalui asosiasi stimulus dari lingkungan dan bersifat alamiah.
Dapat diartikan juga bahwa classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses persyaratan.
Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui peraturan dan manipulasi lingkungan.
Untuk menunjukkan teorinya, Pavlov melakukan eksperimen mengenai fungsi kelenjar ludah pada anjing.
Awalnya, Pavlov memperhatikan anjingnya yang selalu mengeluarkan air liur ketika asistennya memasuki ruangan.
Untuk mengetahui hal tersebut, Pavlov dan asistennya mengenalkan barang yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan.
Selama proses mengenalkan tersebut, Pavlov tetap mengukur air liur yang diproduksi anjing. Bagi Pavlov, air liur merupakan respons alami, bukan kondisi atau pikiran aning.
Selain itu Pavlov menyadari satu hal lagi bahwa tanpa adanya makanan dan bau, air lir anjing tetap keluar. Hal ini menandakan bahwa hal tersebut bukan proses fisiologi semata.
Baca juga: Teori Penetrasi Sosial: Asumsi dan Tahapan
Air liur yang keluar saat asisten masuk ke ruangan merupakan refleks yang terkondisi.
Paavlov kemudian melanjutkan penelitian menggunakan bunyi sebagai sinyal netral. Setiap ada bunyi, makanan disajikan. Lalu produksi air liur anjing dijadikan ukuran.
Selanjutnya, Pavlov menggunakan metronome dibunyikan tanpa adanya makanan. Karena sudah terbiasa dengan bunyi, air liur tetap keluar.
Kesimpulannya, produksi air liru anjing bisa dikondisikan Pavlov. Dengan perlakuan yang terkondisi, maka anjing akan tetap mengeluarkan air liur meskipun makanan tak lagi disajikan.
Dikutip dari thoughtco.com, beberapa contoh penerapan Teori Pavlov, yaitu:
Ketika kita sedang menunggu pesanan ayam goreng, mungkin kita sudah menelan ludah saat aroma ayam goreng keluar dari penggorengan. Bahkan perasaan nikmat sudah menghampiri sebelum kita menyantapnya.
Saat kita berada di tempat umum kemudian mendengar ringtone handphone yang tidak asing, secara naluri kita langsung mengambil handphone kita. Hanya untuk memastikan bahwa bunyi itu berasal dari handphone kita atau orang lain. Hal ini termasuk salah satu pengkondisian klasik atau classical conditioning.
Ketika sedang berada di suatu tempat dan melihat ada asbak, dapat membuat seorang perokok menyalakan rokoknya tanpa sadar.
Baca juga: Beberapa Kriteria Yang Perlu Diperhatikan Dalam Mengevaluasi Teori
Respons atau reaksi di atas sebenarnya bisa dikendalikan, sekalipun dorongan yang timbul tidak bisa dilawan. Perlu kesabaran dan niat untuk mengendalikan reaksi yang selama ini sudah terkondisi.
Salah satu contoh mengendalikan ketergantungan gadget adalah dengan: