KOMPAS.com – Efek bandwagon atau bandwagon effect adalah salah satu fenomena sosial yang ada di masyarakat.
Dilansir dari Investopedia, efek bandwagon adalah kecenderungan individu untuk memperoleh gaya, perilaku, atau sikap tertentu karena semua orang melakukannya. Secara singkat, efek bandwagon dapat disebut dengan efek ikut-ikutan.
Metafora bandwagon merupakan berasal dari kereta musik yang ditarik dengan kuda yang disebut dengan bandwagon itu sendiri. Kereta musik tersebut akan menarik orang-orang untuk mengikuti dan mendengarkan musik yang diputar.
Pada jurnalnya yang berjudul The Economic Theory of Fertility Decline (1975), Harvey Leibenstein menjelaskan bahwa efek bandwagon merupakan suatu kasus di mana seorang individu menginginkan suatu komoditas yang sama dengan individu lain, karena beberapa atau semua individu juga menginginkan komoditas tertentu tersebut.
Baca juga: Apa Tujuan Psikologi Komunikasi?
Dikutip dari verywellmind.com, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi efek bandwagon yaitu:
Groupthink maksudnya adalah keputusan kelompok yang seringnya tidak masuk akal. Pada dasarnya, efek bandwagon ini adalah groupthink.
Semakin banyak orang yang mengadopsi suatu tren, semakin besar kemungkinan orang-orang di sekitarnya untuk ikut-ikutan.
Setiap orang ingin diakui, setiap orang ingin menjadi benar. Dengan alasan tersebut, seseorang menyesuaikan diri atau ikut-ikutan untuk diterima atau diakui oleh orang lain.
Setiap orang ingin menjadi bagian dalam sebuah kelompok karena tidak ingin dirinya dianggap aneh. Sehingga seseorang akan mengikuti apa yang dilakukan oleh anggota kelompok lainnya sebagai bentuk penerimaan dirinya di kelompok tersebut.
Baca juga: Pranata Sosial: Pengertian, Unsur, Fungsi, dan Macamnya
Berikut beberapa contoh dari fenomena efek bandwagon: