Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Banjir Jakarta dari 1950 hingga 1994

Kompas.com - 24/02/2021, 10:55 WIB
Vanya Karunia Mulia Putri ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Banjir Jakarta pada 1963

Banjir besar kembali melanda Jakarta pada 1963 karena curah hujan yang sangat tinggi. Sembilan kecamatan di Jakarta terendam banjir setinggi setengah meter.

Kecamatan tersebut diantaranya Tanah Abang, Gambir, Petamburan, Krukut, Kampung Melayu, Seneng, Salemba dan Angke Duri.

Dua tahun kemudian setelah banjir besar melanda Jakarta pada 1963, Presiden Soekarno membentuk Komando Proyek (Kopro) Banjir Jakarta. Mereka ditugaskan untuk memperbaiki kanal peninggalan Belanda serta membangun enam waduk di daerah sekitar Jakarta.

Berikut merupakan hasil kerja dari Kopro Banjir Jakarta:

  1. Pembangunan Waduk Setia Budi, Waduk Pluit, Waduk Tomang dan Waduk Grogol.
  2. Pembangunan Polder Melati, Polder Pluit, Polder Grogol, Polder Setia Budi Barat dan Polder Setia Budi Timur.
  3. Pembangunan sodetan kali di Kali Grogol, Kali Pesanggarahan, serta gorong-gorong Jalan Sudirman.

Banjir Jakarta pada 1976

Pada 1976, Jakarta kembali dilanda banjir besar. Kali ini daerah yang tidak pernah terendam banjir jadi ikut terendam banjir, contohnya ialah Jalan MH Thamrin atau depan Gedung Sarinah.

Derasnya air hujan dan luapan air beberapa sungai menjadi penyebab utama banjir Jakarta pada 1976. Banjir yang melanda hampir sebulan penuh ini menyebabkan 200 ribu warga Jakarta mengungsi dan 2 orang meninggal dunia karena kedinginan.

Selain itu, banyak penduduk yang dirawat di rumah sakit karena terserang penyakit, banyak fasilitas umum dan rumah warga yang rusak. 

 Baca juga: Banjir Jakarta dan Perkara Untung atau Rugi

Banjir Jakarta pada 1984

Saat masa kepemimpinan R. Soeprapto sebagai Gubernur DKI Jakarta, banjir kembali melanda kota tersebut. Curah hujan yang tinggi menjadi penyebab utama banjir di Jakarta.

Selain itu, beberapa sungai seperti Sungai Grogol dan Sungai Sekretaris juga tidak bisa menampung debut air sehingga meluap ke berbagai daerah.

Banjir Jakarta pada 1985

Banjir Jakarta pada 1985, khususnya di Jakarta Selatan disebabkan oleh luapan air Sungai Pesanggarahan yang tidak menampung banjir kiriman dari Bogor.

Gubernur DKI Jakarta saat itu, R. Soeprapto beserta pejabat lainnya merasa kewalahan menghadapi banjir kali ini. Banyak pengungsi yang kurang mendapat pasokan kebutuhan dan banyak warga yang terkena penyakit.

Banjir Jakarta pada 1994

Air Sungai Ciliwung dan beberapa sungai lainnya yang meluap menyebabkan banjir kembali terjadi pada 1994. Banjir ini hampir menggenangi tiap sudut kota Jakarta. Ketinggiannya pun atara satu meter hingga dua meter.

Banjir saat itu tidak menimbulkan korban jiwa. Hanya saja banyak warga yang kehilangan tempat tinggal dan terserang penyakit seperti muntaber, pilek dan gatal-gatal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com