Mengutip dari Encyclopaedia Britannica, revolusi hijau atau green revolution merupakan pertumbuhan atau peningkatan produksi pangan, khususnya biji-bijian, gandum serta beras, yang dikenalkan melalui varietas baru.
Meksiko dan India merupakan dua negara yang berhasil melakukan revolusi hijau. Filipina pun turut berupaya dalam revolusi hijau.
Dilansir dari situs Country Studies, produksi beras di Filipina meningkat dengan pesat pada pertengahan tahun 1960-an. Peningkatan ini dipengaruhi oleh penggunaan budidaya varietas unggul yang dikembangkan oleh International Rice Research Institute di Filipina.
Sekitar tahun 1965 hingga 1966, tingkat produksi beras di Filipina masih rendah. Namun, saat 1981 hingga 1982, produksi beras meningkat pesat sebesar 81 persen.
Awalnya Filipina melakukan impor beras dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun, pada 1970-an, Filipina menjadi negara pengekspor beras dalam skala kecil.
Beriringan dengan penambahan jumlah produksi beras, penggunaan bahan kimia juga meningkat. Jika mulanya hanya 668 ton pada 1976, tetapi karena adanya revolusi hijau jumlah penggunaannya bertambah menjadi 1.222 ton pada 1988.
Baca juga: Faktor Ketersediaan Sumber Daya Alam di Negara ASEAN
Pada 1980-an, produksi beras di Filipina mengalami masalah karena tingkat produksinya terus menurun. Hal ini memaksa pemerintah untuk melakukan impor beras.
Selama bertahun-tahun fokus utama produksi masyarakat Filipina adalah pada bidang pertanian. Walau sebenarnya negara ini bisa mengembangkan sektor industrinya.
Kini, Filipina sudah mengembangkan sektor industrinya yang ditandai dengan komoditas ekspor dan impornya. Contohnya adalah minyak bumi, bahan kimia, produk makanan serta minuman, tekstil dan lain sebagainya.
Filipina memiliki beberapa komoditas ekspor dan impor. Komoditas ekspor Filipina adalah emas, buah pisang, minyak kelapa, tembaga halu serta bijih tembaga.
Tidak hanya itu, Filipina juga mengekspor trafo listrik, serta suku cadang untuk mesin perkantoran. Berbagai komoditas ekspor ini dikirim ke Hong Kong, Amerika Serikat, Cina, Jepang serta Singapura.
Lalu, untuk komoditas impor Filipina adalah minyak mentah, batu bara, gandum, besi setengah jadi, kendaraan bermotor (mobil, pesawat, dan lain sebagainya).
Mengutip dari situs Commodity.com, ekspor minyak kelapa adalah 1,4 persen dari nilai ekspor tahunan Filipina, yang merupakan pengekspor minyak kelapa terbesar kedua di dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.