KOMPAS.com - Brunei Darussalam merupakan negara penghasil minyak bumi terbesar di Asia Tenggara. Hal ini membuat Brunei Darussalam dijuluki sebagai negara petro dollar.
Luas wilayah Brunei Darussalam adalah 5.765 kilometer persegi. Tergolong kecil, namun negara ini termasuk dalam jajaran negara terkaya di Asia Tenggara dan dunia.
Berikut adalah profil negara Brunei Darussalam yang mengutip dari situs Kementerian Luar Negeri (Kemlu.go.id):
Baca juga: Singapura, Satu-satunya Negara di Asia Tenggara yang Tidak Memiliki Hasil Tambang
Tercatat pada Oktober 2020, Pemerintah Brunei Darussalam telah mengekspor crude oil atau minyak bumi sebanyak BND 141,5 juta serta liquefied natural gas atau gas alam cair sebanyak BND 171,3 juta.
Dilansir dari situs Kemlu.go.id, sebesar 95 persen dari total ekspor Brunei Darussalam adalah komoditi minyak bumi serta gas.
Tidak hanya itu, Brunei Darussalam juga mengeskpor mineral fuel, transportasi dan peralatan mesin, serta chemicals ke berbagai negara.
Mengutip dari Encyclopaedia Britannica, industri minyak bumi ini menghasilkan lebih dari setengah Produk Domestik Bruto (PDB) Brunei Darussalam.
Minyak bumi serta gas alam ini biasanya diproduksi atau dihasilkan dari area ladang lepas lantai kemudian dieskpor ke berbagai negara.
Brunei Darussalam mulai memproduksi minyak bumi pertama kali pada 1929. Sedangkan untuk industri gas alamnya baru dimulai dan dikembangkan pada 1960-an, tepatnya setelah penemuan endapan besar.
Baca juga: Struktur Organisasi ASEAN
Setelah penemuan besar ini, Brunei Darussalam melakukan eksplorasi besar-besaran pada akhir 1970-an. Kemudian dikurangi untuk menghemat cadangan minyak bumi dan gas alam.
Eksplorasi minyak bumi dan gas ini diikuti dengan pembangunan berbagai pabrik, contohnya pabrik LNG. Mulai 1970 hingga saat ini, minyak bumi dan gas alam masih menjadi sumber utama pendapatan ekspor Brunei Darussalam.
Brunei Darussalam tidak hanya memiliki sumber daya alam berupa minyak bumi dan gas alam saja. Negara ini juga memiliki endapan pasir kuarsa putih yang sangat banyak. Namun, hingga saat ini endapan pasir tersebut masih belum dikelola secara penuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.