KOMPAS.com - Perkembangan teknologi dunia yang semakin hari semakin cepat dan luas, berpengaruh juga pada industri yang menerapkan teknologi berdasarkan prinsip pemantulan gelombang bunyi.
Dikutip dari Multidimensional Systems: Signal Processing and Modeling Techniques, tahun 1995, Sound Navigation Ranging (SONAR) merupakan salah satu teknologi yang menggunakan prinsip pemantulan gelombang bunyi.
Diperkenalkan pertama kali oleh Paul Langenvin tahun 1914. Salah satu penerapannya dapat kita lihat pada bidang kelautan, yaitu untuk mengukur kedalaman air laut yang biasanya diletakkan di bawah kapal.
Selain itu juga, prinsip pemantulan gelombang bunyi digunakan dalam bidang kedokteran untuk terapi penyakit dalam. Prinsip kerja SONAR mengguanakan prinsip gelombang ultrasonik.
Baca juga: 2 Teknisi Bawa Alat Sonar untuk Deteksi Kotak Hitam Lion Air JT 610
Pada dasarnya SONAR memiliki bagian yang memancarkan gelombang ultrasonik atau disebut transmiter (emitter) dan bagian yang dapat mendeteksi datangnya gema (gelombang pantul) yang disebut sensor (receiver).
Gelombang yang dipancarkan oleh transmiter diarahkan menuju sasaran, kemudian akan dipantulkan kembali dan diterima oleh receiver. Jaraknya dapat ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan dari gelombang dipancarkan sampai diterima.
Jika gelombang ultrasonik diarahkan lurus ke dasar laut, kedalaman laut dapat dihitung dari panjang waktu antara pancaran gelombang yang turun dan naik kembali setelah dipantulkan.
Jika diketahui cepat rambat bunyi di udara adalah v, selang waktu antara gelombang yang dipancarkan dan dipantulkan adalah Δt, indeks bias air adalah n, dan kedalaman air laut adalah d. Maka persamaan kedalaman air laut tersebut dapat dicari sebagai berikut:
Baca juga: Galaxy S10 Punya Sensor Sidik Jari Ultrasonik, Apa Itu?
Keterangan: