Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Suku Tidung, Kerabat Suku Dayak

Kompas.com - 22/08/2020, 19:12 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki begitu banyak suku dan budaya. Dari lagu daerah, tarian, rumah adat, hingga baju daerah yang beragam.

Salah satu yang menarik perhatian adalah baju daerah yang ada di uang Peringatan Kemerdekaan 75 Tahun Republik Indonesia yang dikeluarkan Bank Indonesia.

Baju adat tersebut adalah baju adat Suku Tidung yang berada di wilayah Kalimantan Utara.

Dilansir dari Historia, Suku Tidung merupakan subsuku dari Suku Dayak Murut. Salah satu dari tujuh suku besar, yang tinggal di Kalimantan Utara.

Nama tidung diambil dari kata tiding atau tideng yang artinya gunung atau bukit. Namun, kebanyakan masyarakat Suku Tidung bermukim di wilayah pesisir dan menganut agama Islam.

Baca juga: Daftar Suku di Indonesia

Suku Tidung merupakan masyarakat yang dinamis, mereka berpindah-pindah dari pedalaman Kalimantan, Kabupaten Tanah Tidung hingga ke Malaysia, Malinau, mendekati pantai Nunukan, Tarakan, dan Berau.

Hal tersebut membuat mereka mendapat pengaruh dari luar, terlebih dari pelaut dan pedagang muslim. Sehingga kebanyakan dari mereka memeluk agama Islam.

Saudara Suku Dayak

Suku Tidung berpindah melalui Sungai Sesayap atau Sungai Malinau ke daerah hilir dan mendiami pesisir juga pulau-pulau kecil di Kamlimantan lainnya.

Hal tersebut diprediksi sudah dilakukan hampir 100 tahun yang lalu mereka berpindah-pindah.

Karena banyak melakukan perpindahan, maka Suku Tidung tidak mengenal legenda atau mitos kejadian asal-usul nenek moyangnya seperti masyarakat Dayak lainnya.

Salah satu bukti bahwa Suku Tidung masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Suku Dayak, masih adanya tradisi yang tersisa di anatara mayarakat Tidung.

Sebagian dari mereka masih melakukan beberapa ritual yang berkaitan dengan tradisi nenek moyang, terutama yang berkaitan dengan tempat-tempat kramat.

Baca juga: Perahu Phinisi, Perahu Tradisional Khas Suku Bugis

Bahkan masyarakat Tidung masih menjaga keseimbangan dengan alam dan terjaga hingga saat ini. Hal inilah, salah satu yang mencerminkan spiritual Dayak.

Unsur budaya dari luar seperti Bugis, Melayu dan Bajau secara perlahan diterima oleh Suku Tidung. Kemudian diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menghilangkan kepribadian mereka.

Dekorasi pernikahan Suku Tidungshutterstock.com Dekorasi pernikahan Suku Tidung
Sina Beranti dan Antakusuma, baju adat Suku Tidung

Dilansir dari Kompas.com, Sina Beranti adalah pakaian pengantin adat Suku Tidung yang digunakan oleh pengantin laki-laki saat prosesi pernikahan antarsuku saja.

Sedangkan untuk pakaian pengantin perempuan bernama Antakusuma. Baik Sina Beranti maupun Antakusuma memiliki berbagai ornamen yang memiliki makna dan filosofi.

Seperti, mahkota yang dikenakan di kepala bernama Tandung Gulung dan memiliki arti kucing jantan tiga warna. Dalam kepercayaannya, kucing jantan dengan bulu tiga warna akan tumbuh tanduk di kepalanya suatu waktu.

Baca juga: Keberagaman Suku Bangsa di Indonesia

Penggunaan mahkota pada pengantin ini memiliki makna berfungsi untuk menangkal bencana, mendatangkan rejeki, kesejahteraan, kedamaian, dan disenangi banyak orang.

Selain itu ada gelang tangan yang disebut Sulou, yang artinya pendingin. Makna gekang ini, agar pengantin yang nantinya jadi pemimpin harus bertangan dingin dan tidak menyalahgunakan kekuasaan.

Pada gelang Sulou ini juga terdapat ukiran Wapak, yang artinya doa-doa, agar berbagai keputusan yang diambil mendapat restu dari Tuhan.

Di lengan pengantin Suku Tidung terdapat gelang yang disebut Kalid. Kalid adalah simbol pertahanan dan benteng yang kuat untuk keamanan dan perlindungan dari berbagai gangguan.

(Sumber:KOMPAS.com/Nunukan, Ahmad Zulfiqor|Editor: Dony Aprian)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com