Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa Menjelang Kemerdekaan: Gerakan Pemuda Mendorong Proklamasi Kemerdekaan

Kompas.com - 15/08/2020, 11:15 WIB
Ari Welianto

Penulis

KOMPAS.com - Dua hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 15 Agustus 1945 terjadi perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Sukarno.

Perdebatan serius tersebut berlangsung di kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta sekitar pukul 22.00 WIB.

Kedatangan para pemuda mereka untuk melaporkan hasil pertemuan pemuda digelar di sebuah ruangan Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur No 17.

Pertemuan tersebut digelar tidak lepas adanya kabar bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

Sehingga para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia segera dilakukan. Namun, usaha mereka mengalami kegagalan. Bahkan Sukarno marah dan tidak mau dipaksa.

Baca juga: Arti dan Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dilansir situs Kementerian Sekretariat Negara Rapublik Indonesia, "...Sekarang Bung, sekarang...! malam ini juga kita kobarkan revolusi...! kata Chaerul Saleh dengan menyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang..."

“Kita harus segera merebut kekuasaan ! tukas Sukarni berapi-api. Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami... ! seru mereka bersahutan.

Bahkan Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; ... Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .

Sukarno marah

Sukarno marah saat mendengar ancaman dari kelompok pemuda. Sukarno langsung berdiri dan menghampiri Wikana sambil berkata, "

Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!.

Baca juga: Detik-detik Proklamasi Berkumandang

Sejenak suasana menjadi hening mencekam, semua orang yang ada merasa tegang. Sukarno, tetap pada pendiriannya apalagi Jepang masih berkuasa secara de facto.

Sukarno juga mengingatkan, jika musuh mereka bukan lagi Jepang, tapi Belanda yang akan datang ke Indonesia setelah Jepang menyerah.

Sukarno pun berunding dengan para tokoh yang hadir, seperti Bung Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojoparnoto, dan Sudiro.

Mereka menolak dan tidak menerima usul para pemuda. Karena alasan kurang perhitungan serta kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta.

Menculik Sukarno-Hatta

Dalam buku Kaigun, Angkatan Laut Jepang, Penentu Krisis Proklamasi (2007) karya Suhartono W. Pranoto, para pemuda kecewa karena Sukarno tetap pada pendiriannya tidak mau mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Proklamasi Indonesia: Arti, Isi dan Maknanya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com