Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesisir dan Pedalaman Zaman Kolonial

Kompas.com - 09/07/2020, 14:44 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Sebagai negara agraris, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil rempah-rempah dari zaman sejarah hingga saat ini.

Sejak masa kolonial, hasil pertanian menjadi sumber dayan yang diperebutkan. Sehingga membuat negara-negara Eropa berlomba-lomba datang ke Nusantara untuk merebut kekuasaan.

Dalam bukunya Pascakolonial: Wacana, Teori dan Aplikasi (2018), Setiawan mengatakan sebagain besar daerah kepulauan di Indonesia memiliki tradisi maritim.

Kekuasaan raja terhadap pedagang tidak kuat karena pajak dari modal dan keuntungan perdagangan dapat dilarikan dengan mudah. Sehingga karakter kuasa yang ada di pedalaman berbeda dengan dengan di pesisir.

Di daerah pesisir, kuasa terdapat pada kelas pedagang, baik yang berasal dari masyarakat asal atau pendatang.

Baca juga: Sejarah Berdirinya VOC

Sementara di pedalaman, kuasa ada pada raja atau penguasa yang berasal dari ketersediaan lahan, usaha pertanian, dan banyaknya rakyat yang setiap pada kuasa raja.

Surutnya kekuatan kerajaan di Nusantara

Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, dan Luwu merupakan kerajaan yang paling besar menguasai maritim. Ketiganya memiliki pengalaman laut dan perdagangan dengan luar wilayah.

Sementara beberapa kerajaan kecil lainnya lebih fokus pada pertanian, karena memiliki kekayaan tanah.

Namun sejak kolonialisme berlangsung di Nusantara, kekuasaan laut kerajaan-kerajaan mulai surut seiring berkembangnya perdagangan oleh orang Eropa.

Aceh menjadi salah satu daerah tempat pemberhentian dari orang-orangEropa yang datang dari Barat. Hal ini menyebabkan perkembangan pelabuhan dan perdagangan mau tidak mau tumbuh di ujung utara Aceh.

Para pedagang Eropa telah membentuk suatu tata rancang daerah pesisir sebagai wialyah dagang semata.

Baca juga: Keserakahan dan Kekejaman VOC

Ilustrasi aktivitas petani masa VOCkebudayaan.kemdikbud.go.id Ilustrasi aktivitas petani masa VOC
Masuknya VOC

Selama cengkeh masih banyak diminati, maka Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) meminta pnduduk pedalaman untuk menanam cengkeh. Bila yang dibutuhkan adalah beras dan tebu maka komoditas tersebut yang ditanam.

Keanekaragaman jenis tanaman dibatasi oleh pasar yang ditentukan oleh kolonial. Kolonialisme dalam hal ini memberi dua rancangan tata sosial pada masyarakat di Nusantara, yaitu:

Baca juga: Kolonialisme dan Imperialisme: Pengertian dan Latar Belakang

  • Bahwa masyarakat pedalaman harus melakukan usaha tani agar mendapat keuntungan sesuai dengan harga yang dikehendaki kolonial.
  • Bahwa kolonial memaksakan jenis tanaman yang harus diproduksi terlepas dari kemampuan masyarakat dan lingkungannya.

Beberapa orang yang ada di pesisir Indonesia kebanyakan bukan penduduk lokal, tetapi pendatang. Semenjak datang ke Indonesia, mereka tidak menggantungkan hidup pada perdagangan melainkan juga penguasaan lahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com