Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

28 April, Hari Puisi Nasional dan Mengenang Chairil Anwar

Kompas.com - 28/04/2020, 17:15 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

KOMPAS.com - 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional di Indonesia. Tahukah kamu mengapa 28 April dirayakan sebagai Hari Puisi Nasional?

Hari Puisi Nasional

Indonesia merayakan Hari Puisi Nasional pada 28 April tiap tahun sekaligus mengenang wafatnya penyair Angkatan 45 Chairil Anwar. Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922 dan meninggal di Jakarta pada 28 April 1949.

Sedangkan Hari Puisi Sedunia diperingati setiap 21 Maret, sama dengan Hari Sindrom Down dan Hari Hutan Sedunia. Hari Puisi Sedunia disahkan oleh UNESCO pada 1999 dan pertama kali dirayakan pada 2000.

Mengapa tokoh penyair Chairil Anwar yang tanggal wafatnya dijadikan sebagai Hari Puisi Nasional?

Berdasarkan Chairil Anwar, Hasil Karya dan Pengabdiannya (2009) karya Sri Sutjianingsih, pada zaman pendudukan Jepang, pemerintah Jepang menaruh minat besar pada kesenian, termasuk kesenian Indonesia. Di saat bersamaan, pemerintah Jepang melarang adanya perkumpulan (organisasi).

Baca juga: 26 April, Hari Kesiapsiagaan Bencana

Maka, beberapa seniman seperti Anjar Asmara dan Kamajaya menemui Soekarno membahas gagasan tentang mempersatukan kaum seniman dalam suatu wadah. Soekarno bersedia memprakarsai pendirian Pusat Kesenian Indonesia untuk menyatukan para seniman.

Pusat Kesenian Indonesia berdiri pada 6 Oktober 1942 dengan Ketua Sanusi Pane. Bertujuan untuk menyesuaikan dan memperbaiki kesenian daerah menuju kesenian Indonesia Baru.

Adanya pusat kesenian itu membuat pemerintah Jepang mempersiapkan Pusat Kebudayaan, yang pada hakekatnya sebagai bujukan halus agar Pusat Kesenian luluh dalam Pusat Kebudayaan sehingga semua kegiatan kesenian ada di bawah Jepang, khususnya Shindenbu.

Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Shidoso) berdiri pada 1 April 1943 tetapi baru diresmikan pada 29 April 1943 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Tennoo Heika. Tujuan lembaga ini agar para seniman bekerja untuk kepentingan Jepang.

Awalnya para seniman menerima maksud Jepang secara antusias. Tetapi sejak awal Chairil Anwar curiga dengan maksud Jepang. Ia bersama Amal Hamzah dan beberapa kawan menyindir seniman-seniman yang mau membantu Jepang.

Baca juga: 25 April, Hari Malaria Sedunia

Chairil Anwar punya pandangan tersendiri tentang seni dan menghendaki pembaharuan atas Angkatan Pujangga Baru yang dianggap tidak lagi sesuai dengan situasi zamannya. Ia meninggalkan ukuran dan ikatan lama, untuk mengembangkan corak dan iklim baru.

Chairil menghendaki perubahan bagi generasinya yaitu generasi sesudah perang, dengan meninggalkan kaidah yang sudah ada yang cenderung mendayu-dayu. Sehingga sajak-sajak Chairil Anwar memberi nafas baru bagi kesusasteraan Indonesia.

Pada saat itu, bangsa Indonesia sedang di bawah kekuasaan Jepang yang tidak memberikan kebebasan berpikir dalam seni dan budaya. Tetapi justru saat itulah Chairil Anwar membuat suatu revolusi dalam kesusateraan Indonesia.

Ia membawa aliran baru yang disebut ekspresionisme, suatu aliran seni yang menghendaki kedekatan pada sumber asal pikiran dan keinsyafan. Chairil Anwar mendapat pengaruh dari penyair-penyair Belanda angkatan sesudah Perang Dunia I seperti Marsman, Du Perron dan Ter Braak.

Baca juga: 30 Maret, Hari Film Nasional

HB Jassin menyebut angkatan Chairil Anwar sebagai Angkatan 45 bersama para tokoh lain yaitu Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus, dan lain-lain. Tetapi baru pada 1948 Rosihan Anwar menyebut Angkatan 45 yang kemudian secara resmi dipergunakan oleh semua pihak.

Secara garis besar, ciri-ciri angkatan 45 adalah penghematan bahasa, kebebasan pribadi, individualisme, berpikir lebih kritis dan dinamis. Salah satu karya Chairil Anwar yang terkenal adalah sajak Aku.

Chairil Anwar mengatakan, penamaan Angkatan 45 harus berdiri sendiri, menjalankan dengan tabah dan berani nasibnya sendiri, menjadi pernyataan revolusioner.

Selain pendukung, banyak juga yang menentang Chairil Anwar seperti Armyn Pane dan Sutan Takdir Alisyahbana, yang berpendapat Angkatan 45 bukan angkatan tersendiri melainkan lanjutan angkatan sebelumnya, Angkatan Pujangga Baru.

Chairil Anwar tak ingin bersifat sentimentil dan merendahkan diri secara berlebihan dalam menghadapi setiap persoalan. Ia ingin menjadi manusia wajar, merdeka mengeluarkan pendapat sendiri dan duduk sama rendah dengan sesama manusia di dunia ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com