Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyamuk Aedes Aegypti, Penyebab DBD

Kompas.com - 12/03/2020, 13:00 WIB
Serafica Gischa

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang sebelumnya sudah terinfeksi virus dari penderita DBD lainnya.

Dalam buku Demam Berdarah (2007) karya dr Genis Ginanjar, masa inkubasi penyakit DBD yaitu periode sejak virus dengue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis.

Gejala kklinis tersebut antara 3-14 hari, rata-rata antara 4-7 hari. Seperti apakah nyamuk Aedes aegypti tersebut?

Klasifikasi Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa memiliki tubuh berwarna hitam kecoklatan. Berikut klasifikasi Aedes aegypti:

  1. Ukuran tubuhnya antara 3-4 sentimeter, belum termasuk kakinya yang panjang.
  2. Tubuh dan tungkai ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan.
  3. Bagian punggung (dorsal) terdapat dua garis melengkung vertikal di kiri dan kanan. Hal ini menjadi ciri khas dari Aedes aegypti.
  4. Sisik pada tubuh, umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga sulit untuk diidentifikasi pada nyamuk tua.
  5. Ukuran dan warna nyamuk Aedes aegypti biasanya berbeda antarpopulasi. Tergantung kondisi lingkungan dan nutrisi selama perkembangan.

Baca juga: Cara Penularan Demam Berdarah dan Faktanya

Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan ukuran. Biasanya, nyamuk hantan memiliki tubuh lebih kecil dibandingkan betina.

Nyamuk jantan memiliki rambut tebal di antena nyamuk. Ciri tersebut bisa diamati dengan mata telanjang

siklus aedes aegyptishutterstock.com siklus aedes aegypti

Siklus hidup Aedes aegypti

Aedes aegypti sama dengan nyamuk lainnya, yaitu meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual.

Setiap hari. nyamuk Aedes aegypti betina dapat bertelur rata-rata 100 butir. Bentuk telurnya elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain.

Telur menetas dalam satu sampai dua hari menjadi larva.

Ada empat tahap dalam perkembangan larva yang disebut instar. Berikut siklus hidup Aedes aegypti:

  1. Perkembangan instar satu ke empat membutuhkan waktu sekitar lima hari.
  2. Setelah mencapai instar empat, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman (inaktif atau tidur).
  3. Pupa bertahan selama dua hari sebelum alhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamyuk dewasa membutuhkan waktu 7-8 hari.
  4. Telur Aedes aegypti tahan terhadap kondisi kekeringan, bahkan bisa bertahan hingga satu bulan dalam keadaan kering.
  5. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk berkembang.

Baca juga: Nyamuk, Pembawa Penyakit dan Musuh Manusia

Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Misalnya, larva yang ketersediaan makannya berlimpah, akan menghasilkan nyamuk dewasa yang rakus.

Nyamuk Aedes aegypti sangat suka tinggal dan berkembangbiak di genangan air bersih yang tidak berkontak langsung dengan tanah.

Pola aktivitas Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah.

Nyamuk betina menghisap darah karena untuk memperoleh asupan protein, antara lain prostaglandin yang diperlukan untuk bertelur.

Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah. Memperoleh sumber energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan.

Nyamuk Aedes aegypti suka di tempat yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah.

Penyakit DBD biasanya menyerang anak-anak, karena anak-anak cenderung duduk di dalam ruang kelas selama seharian. Kaki mereka tersembunyi di bawah meja, sehingga menjadi sasaran nyamuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com