KOMPAS.com – Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethos yang memiliki arti akhlak, cara berpikir, kebiasaan atau adat, sikap, perasaan, dan watak.
Terdapat tiga tipe manajer apabila dilihat dari sudut pandang etikanya, sebagai berikut:
Manajer immoral
Manajer immoral adalah seorang manajer yang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri demi keuntungan pribadi atau perusahaannya.
Kekuatan yang menggerakkan manajemen immoral adalah kerakusan atau ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal.
Manajemen immoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika.
Contoh manajemen immoral adalah pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji di bawah upah minimum, perusahaan yang meniru produk-produk dari perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan.
Immoral management juga menjadi tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis.
Manajer dengan tipe manajemen immoral biasanya sama sekali tidak memedulikan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal organisasi maupun dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Para pelaku bisnis yang termasuk tipe ini pada umumnya memanfaatkan kelemahan dan kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. Bahkan, hukum hanya dipandang sebagai batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.
Manajer amoral
Amoral adalah tindakan yang tidak berhubungan dengan konteks moral atau tidak berhubungan dengan kebaikan mapun kejahatan. Amoral yaitu tindakan netral atau nonmoral.
Sama dengan manajemen immoral, tujuan utama manajemen amoral adalah profit. Akan tetapi, tindakan manajemen amoral berbeda dengan manajemen immoral.
Terdapat kata kunci yang membedakan antara manajer immoral dengan manajer amoral yaitu manajer amoral tidak dengan sengaja melanggar hukum atau norma etika.
Manajemen amoral mempunyai kebebasan dalam mengambil keputusan yang berarti mereka tidak mempertimbangkan etika dalam pengambilan keputusan.
Contoh manajemen amoral adalah penggunaan test lie detector bagi calon karyawan.
Tingkatan kedua dalam aplikasi moralitas dalam manajemen adalah manajemen amoral.
Manajer amoral adalah tipe manajer yang dianggap kurang peka apabila segala keputusan bisnis yang diperbuatnya secara langsung ataupun tidak langsung akan memberikan efek kepada pihak lain.
Maka dari itu, manajer amoral menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah aktivitas bisnisnya sudah mempunyai dimensi etika atau belum.
Manajer tipe ini mungkin saja memiliki niat baik, tetapi mereka tidak mampu melihat bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka dapat merugikan pihak lain atau tidak.
Manajer moral
Manajemen moral bertujuan meraih keberhasilan dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika.
Filosofi manajer moral adalah selalu memandang hukum sebagai standar minimum untuk beretika dalam perilaku.
Dalam manajemen moral, nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan di level standar tertinggi dari segala bentuk perilaku dan aktivitas bisnis.
Manajer dengan tipe ini menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku serta terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya.
Seorang manajer moral menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tetapi hanya jika bisnis tersebut dijalankan secara legal tanpa melanggar etika yang terdapat di dalam komunitas seperti kejujuran, keadilan, serta semangat untuk mematuhi hukum yang berlaku.
Referensi:
https://www.kompas.com/skola/read/2023/11/07/020000369/tipe-manajer-dilihat-dari-sudut-pandang-etika