Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kain Tenun Gringsing: Pengertian, Sejarah, dan Jenis Motifnya

Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

KOMPAS.com - Kain tenun Gringsing berasal dari desa adat Tenganan, Karangasem, Bali. Merupakan kain tenun khas Bali yang terus bertahan dan berkembang hingga saat ini.

Bahkan kini, kain tenun gringsing menjadi salah satu buruan wisatawan dunia yang berkunjung ke desa adat Tenganan.

Kain gringsing dianggap sakral oleh warga desa Tenganan. Warisan leluhur ini akan selalu dijaga dan dilindungi keasliannya. Mulai dari tata cara hingga proses pembuatannya.

Pengertian kain tenun gringsing

Kain gringsing adalah satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik ikat ganda.

Ditinjau dari asal bahasanya, kata gringsing konon diperoleh dari penggabungan kata "gring" berarti "sakit" dan "sing" artinya "tidak". Bila digabungkan artinya menjadi "tidak sakit".

Maksud yang terkandung dalam kata "gringsing" tersebut bila diartikan secara harfiah memiliki makna penolak bala, serta pengusir berbagai penyakit jasmani maupun rohani.

Atas dasar itulah, masyarakat percaya bahwa kain ini memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi mereka dari musibah.

Sejarah kain tenun gringsing

Berdasarkan mitos yang berkembang di Bali, kain tenun Gringsing konon berawal dari kekaguman Dewa Indra terhadap keindahan langit di malam hari.

Dari situ, dewa Indra lantas memaparkan keindahan yang dilihat melalui motif tenun kepada rakyat yang dipilihnya, yakni masyarakat Tenganan.

Dewa Indra mengajarkan para wanita untuk menguasai teknik menenun kain ini yang melukiskan dan mengabadikan keindahan bintang, bulan, matahari, serta hamparan langit.

Akhirnya kain tenun yang berwarna gelap ini dipercaya memiliki kekuatan magis dan dipakai dalam ritual keagamaan.

Masyarakat Tenganan sebagai penganut Dewa Indra juga diyakini merupakan imigran dari India kuno.

Imigran tersebut kemungkinan membawa teknik ikat ganda melalui pelayaran dari Orissa atau Andhra Pradesh, dan mengembangkannya secara bebas di Tenganan.

Kemungkinan lain yang melatarbelakangi lahirnya kain ini, yaitu para imigran menguraikan kutipan dari beberapa jenis tenun patola untuk dikembangkan di Indonesia.

Selanjutnya, kain ini juga disebut mampu menyembuhkan penyakit dan menangkal pengaruh buruk.

Berikut beberapa motif kain gringsing khas Bali, yaitu:

  • Motif lubeng

Bercirikan kalajengking, dan berfungsi sebagai busana adat serta digunakan dalam upacara keagamaan.

  • Motif sanan empeg

Bercirikan kotak poleng merah hitam. Berfungsi sebagai sarana upacara keagamaan dan adat.

  • Motif cecempakaan

Bercirikan bunga cempaka, dan berfungsi sebagai busana adat sekaligus upacara keagamaan.

  • Motif cemplong

Bercirikan sebuah bunga besar di antara bunga kecil. Berfungsi sebagai busana adat serta upacara keagamaan.

  • Motif wayang

Bercirikan tokoh pewayangan. Motif ini terbagi menjadi dua, gringsing wayang kebo dan gringsing wayang Putri.

  • Motif tuung batun

Bercirikan biji terong, dan biasa digunakan untuk senteng (selendang) wanita, dan sabuk (ikat pinggang) pria.

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

https://www.kompas.com/skola/read/2022/10/26/070000869/kain-tenun-gringsing--pengertian-sejarah-dan-jenis-motifnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke