Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Alat Musik Tradisional Sulawesi Selatan

KOMPAS.com - Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi Indonesia yang beribukota di Makassar. Sulawesi Selatan menjadi rumah bagi empat etnis yaitu Suku Mangkasarak (Makassar), Suku Mandar, Suku Toraja, dan Suku Bugis.

Keempat suku tersebut kemudian memainkan kelahiran serta perkembangan budaya Sulawesi Selatan yang bisa dilihat hingga saat ini.

Salah satu contoh budaya yang lahir dalam bidang kesenian daerah adalah alat musik. Sulawesi Selatan memiliki banyak alat musik tradisional, di antaranya:

  • Pui-Pui

Pui-pui atau puik-puik adalah alat musik tiup khas Sulawesi Selatan yang berbentuk kerucut menyerupai klarinet.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pangkal pui-pui terbuat dari lempengan logam dan potongan daun lontar yang jika ditiup akan menghasilkan suara suara yang khas.

Setelah bagian pangkal yang terbuat dari logam, pui-pui disammbung dengan kerucut yang terbuat dari kayu. Disepanjang kayu terdapat lubang-lubang untuk menghasilkan nada.

Sri Wahyuni dalam tesis berjudul Fungsi Paru Pemain Alat Musik Tiup Pui-Pui di Kota Makassar (2017), menyebutkan bahwa ada satu lubang penjarian bawah yang berjarak 1 sentimeter dari pangkal, juga enam lubang nada disepanjang kayu yang masing-masing berjarak 1,5 sentimeter.

Di ujung pui-pui juga terdapat bagian yang disebut dengan kallode yang berfungsi untuk mempernyaring bunyi yang keluar. Pui-pui harus ditiup dengan hati-hati juga dibarengi keahlian khusus.

Jika tidak, maka bunyi yang akan keluar dari pui-pui sangatlah aneh atau bahkan tidak akan mengeluarkan suara sama sekali. Pui-pui digunakan sebagai alat musik untuk mengiringi berbagai upacara adat dan kesenian tradisional Sulawesi Selatan.

  • Kacaping

Kacaping adalah alat musik petik asal Sulawesi Selatan yang dimainkan untuk mengiringi lagu serta tarian daerah, dan juga mengiringi dongeng-dongeng perjuangan nenek moyang. Konon kataynya kecaping ditemukan oleh seorang pelaut keturunan Suku Makassar dan Bugis dalam pelayarannya.

Muhammad Subhan dalam jurnal berjudul Komponen Belo-Belo dalam Kacaping Makassar (Hasil Penalaran induktif sebuah pengalaman empirik untuk menemukan unsur pembentuk belo-belo) (2018), menyatakan bahwa pelaut tersebut merasa terhibur dengan bunyi getaran tali layar dan terinspirasi untuk membuat alat musik sebagai pengusik kesepian selagi berlayar di lautan.

Dari situlah sang pelaut membuat cikal bakal alat musik kecaping dari dayung kapal yang diberi senar. Dilansir dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia, seiring berkembangnya jaman kecaping dibuat dari kayu melengkung yang menyerupai perahu dan diberi senar yang terbuat dari kawat. Kecaping dimainkan dengan cara dipetik dan menghasilkan suara merdu yang mendayu-dayu.

  • Gandrang Bulo

Gandrang bulo atau gendang bulo adalah alat musik perkusi khas Sulawesi Selatan. Nurul Chudaiwah Sidin dalam jurnal berjudul Eksistensi Gandrang Bulo Budaya di Kampung Paropo Kota Makasar (2019) istilah gandrang bulo berasal dari bahasa Makassar “gandrang” yang berarti pukul dan “bulo” yang berarti bambu.

Gandrang bulo berbentuk tabung besar yang terbuat dari kayu dengan ukuran yang disesuaikan dengan pemainnya (penabuh). Gandrang bulo memiliki bentuk seperti gendang jawa, namun bedanya gendrang bulo dihiasi dengan ukiran khas Sulawesi Selatan.

Gandrang bulo dimainkan dalam upaca adat penyucian dan pemberkatan benda-benda pusaka kerajaan seperti kalompoang dan gaukang. Gandrang bulo juga ditabuh dalam berbagai upacara adat dan kesenian masyarakat adat Sulawesi Selatan.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/05/17/120000769/3-alat-musik-tradisional-sulawesi-selatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke