Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Istri Sedar: Pergerakan Politik Perempuan Pertama di Indonesia

KOMPAS.com - Dalam kehidupan publik, terutama politik, kesenjangan gender tidak hanya dirasakan di Indonesia, namun juga dunia.

Hal tersebut sudah terjadi sejak abad ke-21. Meskipun saat itu sudah banyak konvensi internasional, namun jumlah perempuan dalam parlemen di dunia masih sedikit (18,4 persen).

Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, keterlibatan perempuan Indonesia, mengarah pada sosok pergerakan wanita dari RA Kartini, Dewi Sartika, Rohana dan lainnya.

Sekaligus organisasi peregerakan perempuan seperti Perhimpunan Istri Sedar.

Perhimpunan Istri Sedar dibentuk pada 1927 dan diresmikan pada 22 Maret 1930. Perhimpunan ini muncul atas dasar permasalahan perempuan Indonesia yang merebak.

Memperbaiki dan menjunjung tinggi derajat kaum Indonesia, tidak terbatas pada kalangan perempuan atas.

Istri Sedar aktif mengadakan kongres dan pelatihan bagi para perempuan.

Hal tersebut untuk mencapai persamaan hak dan keadilan antara perempuan dan laki-laki dalam pergaulan.

Selain itu, untuk menuju kesadaran perempuan Indonesia dan derajat untuk melekaskan dan menyempurnakan Indonesia merdeka.

Bagi Istri Sedar, perjuangan wanita sewajarnya masuk ke lapangan ke politik dan tidak hanya cukup memajukan kesejahteraan seperti di negara merdeka.

Dalam mempersoalkan masalah kebebasan dan keleluasaan perempuan, dibentuk Pemuda Indonesia dan Putri Indonesia.

Istri Sedar berdiri netral terhadap agama apapun dan dibangun untuk kaum wanita terpelajar dan dari rakyat jelata bersama-sama.

Namun, merupakan organisasi anti penjajah yang menyarankan anggotanya menjadi bagian dari politik negeri.

Karena posisi politik yang dapat diisi oleh perempuan merupakan salah satu usaha perbaikan status perempuan di Indonesia.

Istri Sedar membentuk tiga komisi dalam organisasi untuk mengatasi masalah sosial yang dialami oleh perempuan.

Tiga komisi tersebut, yaitu:

  1. Komisi Besar untuk kursus
  2. Komisi Besar untuk sekolah
  3. Komisi besar untuk penyelidikan pekerjaan perempuan Indonesia

Istri Sedar juga aktif dalam menulis semangat anti penjajah, semangat anti diskriminasi dan berbagai keberhasilan kaum wanita dunia.

Hasil tulisan tersebut dituangkan dalam Majalah Sedar yang terbit setiap bulan.

Organisasi yang bergerak netral tersebut mulai bergerak secara "galak", salah satunya terhadap adanya poligami dan pernikahan dini.

Wanita harus bebas untuk mengatur hidupnya tanpa harus dikuasai oleh suami. Selain itu, pernikahan dini juga berdampak kurang baik dalam kesehatan istri.

Pada kongres II, Perserikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII) pada 20-24 Juli 1935, Organisasi Istri Sedar menyatakan keluar dari Kongres.

Hal ini karena perbedaan pandangan yang mengakibatkan perselisihan dengan wakil seksi Wanita Permi.

Dalam langkah politiknya, Istri Sedar terus mendapatkan dukungan dan bantuan dari kaum nasionalis kiri dan istri anggota Partai Nasional Indonesia (PNI).

Selain aktif dalam memperjuangkan hak perempuan, Istri Sedar juga aktif dalam propaganda menyuarakan antikolonial sebagai konsekuensi dari keyakinan nasional yang radikal.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia 1942, semua organisasi perempuan dilarang, termasuk Organisasi Istri Sedar.

Pasca kemerdekaan, bergagai organisasi perempuan tumbuh, di antaranya Wanita Marhaen dan kelanjutan Istri Sedar.

Istri Sedar diubah menjadi Gerakan Wanita Sedar (Gerwis) pada1950 yang merupakan leburan dari enam organisasi keistrian.

Pada 1954 Gerwis berganti nama menjadi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).

https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/08/180000669/istri-sedar-pergerakan-politik-perempuan-pertama-di-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke