Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Syahfitri Anita
Peneliti

Peneliti Peneliti BRIN di bidang biokimia, zoologi, herpetofauna dan racun hewan.

Trilogi Toksin Hewan: Perbedaan Racun, Toksin, dan Bisa

Kompas.com - 29/04/2024, 16:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perbedaan keduanya dapat dilihat dari cara penyampaian substansinya pada jaringan tubuh target. Racun biasanya masuk ke dalam jaringan target melalui sistem pencernaan, pernapasan, atau penyerapan seperti tertelan atau tersentuh.

Hewan yang beracun cenderung lebih pasif-agresif, mereka sering kali tidak menyerang mangsanya secara aktif, namun melepaskan racunnya akibat dimakan, disentuh, atau diganggu.

Misalnya, kodok buduk, memiliki kelenjar di kulitnya yang menghasilkan racun bufadienolide. Efek racunnya akan terasa bila cairan racun ini tertelan atau terserap oleh calon pemangsa atau predatornya.

Ikan fugu atau ikan buntal, memiliki racun tetrodotoksin yang tersimpan pada organ hati, ovarium, mata, dan kulit.

Meskipun beracun, di Jepang, ikan ini dapat diolah menjadi makanan yang enak dan mahal namun hanya oleh koki yang memiliki sertifikat.

Kesalahan dalam pengolahan ikan ini, dapat membuat seluruh bagian ikan tercemar tetrodotoksin dan tertelan oleh yang mengonsumsinya.

Akibatnya, korban dapat mengalami kelumpuhan otot-otot, hingga kesulitan bernapas dan akhirnya dapat meninggal karena sesak napas.

Bisa adalah kelompok toksin khusus yang telah berevolusi untuk tujuan tertentu. Bisa hewan masuk ke dalam jaringan tubuh target melalui injeksi secara aktif, misalnya, dengan gigitan, dan toksinnya disalurkan melalui bagian tubuh khusus (misalnya taring, duri, atau penyengat).

Oleh karena itu, hewan yang berisiko mengigit pada manusia atau mangsanya umumnya disebut sebagai berbisa (venomous) dan bukan beracun (poisonous).

Contoh hewan berbisa misalnya ular viper, yang mengirimkan racunnya melalui taring yang besar, namun dapat terlipat rata ketika mulutnya tertutup. Sedangkan ular kobra memiliki taring menyerupai jarum suntik yang kecil dan sangat tipis.

Cairan bisa terdiri dari campuran toksin dengan ukuran molekul yang beragam. Sehingga diperlukan luka agar molekul-molekul ini dapat masuk melalui aliran darah dan dengan efektif menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh target.

Bisa dan racun juga umumnya memiliki fungsi berbeda. Racun adalah toksin yang biasanya digunakan untuk membela diri, melawan predator atau kompetitor. Sedangkan, bisa hewan diproduksi untuk mencari dan memakan mangsa.

Keduanya juga memiliki komposisi berbeda. Racun biasanya terdiri dari satu jenis molekul toksin, sedangkan bisa merupakan campuran beragam jenis molekul toksin.

Cairan toksin yang dihasilkan oleh kodok buduk, terdiri dari ratusan molekul jenis bufadienolide dengan struktur kimia beragam.

Molekul-molekul bufadienolida menghambat enzim NA-K-ATPase pada membran sel, khususnya pada sel otot jantung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com