Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Trilogi Toksin Hewan: Perbedaan Racun, Toksin, dan Bisa

TULISAN ini bertujuan menambah wawasan pembaca mengenai zat beracun, khususnya yang dihasilkan oleh hewan.

Saya akan membahas tema ini dalam tiga bagian yang sebaiknya dibaca secara berurutan, sehingga saya menyebutnya sebagai Trilogi toksin hewan.

Tulisan yang pertama ini akan membahas perbandingan dan perbedaan racun, bisa, dan toksin pada hewan-hewan yang memilikinya.

Racun (poison), toksin (toxin), dan bisa (venom) adalah kata-kata yang sering digunakan secara bergantian, namun kata-kata tersebut tidaklah sama.

Ketiga substansi ini dapat ditemukan pada berbagai kelompok organisme, mulai dari jamur hingga mamalia, dari bakteri hingga burung.

Misalnya pada mamalia, kukang (slow loris) memiliki bisa yang diproduksi oleh kelenjar pada siku lengan bagian dalam. Terdapat juga burung Pitohui dari Papua Nugini, yang merupakan satu-satunya kelompok burung beracun yang menyimpan racun pada kulit dan bulunya.

Racun adalah zat padat, cair, atau gas yang dapat mengganggu proses kehidupan sel suatu organisme. Racun dapat dihasilkan secara biologi, kimia, atau fisika.

Contoh racun yang umum dikenal sebagai zat mematikan, misalnya, senyawa sianida dan arsenik, tetapi kedua zat ini bukanlah toksin. Walaupun toksin adalah racun, namun tidak semua racun adalah toksin. Jadi, apa yang membedakan racun dan toksin?

Toksin adalah racun yang hanya dihasilkan oleh sel atau organisme hidup. Toksin dapat berupa biomolekul kecil, peptida, atau protein yang dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh pada korban.

Cara kerja toksin bermacam-macam, mulai dari mengganggu proses pencernaan, berikatan dengan enzim tertentu, memblokir saluran ion pada sel-sel sehingga menghambat komunikasi antar sel yang pada akhirnya membuat sel tidak dapat bekerja normal.

Contoh toksin berbahaya adalah batrachotoxin yang diproduksi oleh kelompok jenis katak panah beracun Phyllobates spp. (Dart Frog). Katak beracun ini dapat ditemukan di hutan hujan tropis Amerika Tengah dan Selatan.

Kelompok katak ini memiliki warna yang sangat cerah dan menarik, yang diketahui merupakan bentuk adaptasi evolusioner yang disebut pewarnaan aposematik berfungsi memberikan informasi pada calon pemangsa atau predator bahwa mereka berbahaya.

Bisa atau venom, adalah substansi yang dikenal berasal dari hewan berbahaya seperti ular. Secara sederhana cairan bisa terdiri dari beragam jenis toksin.

Jika, bisa dan racun sama-sama terdiri dari toksin, lalu apa yang membedakan keduanya?

Perbedaan keduanya dapat dilihat dari cara penyampaian substansinya pada jaringan tubuh target. Racun biasanya masuk ke dalam jaringan target melalui sistem pencernaan, pernapasan, atau penyerapan seperti tertelan atau tersentuh.

Hewan yang beracun cenderung lebih pasif-agresif, mereka sering kali tidak menyerang mangsanya secara aktif, namun melepaskan racunnya akibat dimakan, disentuh, atau diganggu.

Misalnya, kodok buduk, memiliki kelenjar di kulitnya yang menghasilkan racun bufadienolide. Efek racunnya akan terasa bila cairan racun ini tertelan atau terserap oleh calon pemangsa atau predatornya.

Ikan fugu atau ikan buntal, memiliki racun tetrodotoksin yang tersimpan pada organ hati, ovarium, mata, dan kulit.

Meskipun beracun, di Jepang, ikan ini dapat diolah menjadi makanan yang enak dan mahal namun hanya oleh koki yang memiliki sertifikat.

Kesalahan dalam pengolahan ikan ini, dapat membuat seluruh bagian ikan tercemar tetrodotoksin dan tertelan oleh yang mengonsumsinya.

Akibatnya, korban dapat mengalami kelumpuhan otot-otot, hingga kesulitan bernapas dan akhirnya dapat meninggal karena sesak napas.

Bisa adalah kelompok toksin khusus yang telah berevolusi untuk tujuan tertentu. Bisa hewan masuk ke dalam jaringan tubuh target melalui injeksi secara aktif, misalnya, dengan gigitan, dan toksinnya disalurkan melalui bagian tubuh khusus (misalnya taring, duri, atau penyengat).

Oleh karena itu, hewan yang berisiko mengigit pada manusia atau mangsanya umumnya disebut sebagai berbisa (venomous) dan bukan beracun (poisonous).

Contoh hewan berbisa misalnya ular viper, yang mengirimkan racunnya melalui taring yang besar, namun dapat terlipat rata ketika mulutnya tertutup. Sedangkan ular kobra memiliki taring menyerupai jarum suntik yang kecil dan sangat tipis.

Cairan bisa terdiri dari campuran toksin dengan ukuran molekul yang beragam. Sehingga diperlukan luka agar molekul-molekul ini dapat masuk melalui aliran darah dan dengan efektif menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh target.

Bisa dan racun juga umumnya memiliki fungsi berbeda. Racun adalah toksin yang biasanya digunakan untuk membela diri, melawan predator atau kompetitor. Sedangkan, bisa hewan diproduksi untuk mencari dan memakan mangsa.

Keduanya juga memiliki komposisi berbeda. Racun biasanya terdiri dari satu jenis molekul toksin, sedangkan bisa merupakan campuran beragam jenis molekul toksin.

Cairan toksin yang dihasilkan oleh kodok buduk, terdiri dari ratusan molekul jenis bufadienolide dengan struktur kimia beragam.

Molekul-molekul bufadienolida menghambat enzim NA-K-ATPase pada membran sel, khususnya pada sel otot jantung.

Dengan terhambatnya enzim ini, kerja saluran ion terganggu dan terjadi ketidakseimbangan kadar ion dalam sel, yang pada akhirnya menganggu kontraksi otot jantung.

Contoh hewan yang dikenal memiliki bisa antara lain ular, laba-laba, lebah, tawon, kelabang dan kalajengking.

Bisa hewan-hewan ini dapat terdiri dari puluhan hingga ratusan molekul toksin yang beragam jenis dan fungsinya.

Komposisi bisa hewan umumnya terdiri dari molekul peptida kecil, protein enzim, dan protein non-enzimatik. Studi terbaru menunjukkan bahwa racun dari seekor kelabang dapat mengandung lebih dari 500 protein dan peptida.

Komponen toksin bisa dari satu jenis hewan dapat bekerja menganggu banyak fungsi tubuh, seperti menganggu aktivitas saluran ion pada berbagai jenis sel; menganggu aktivitas sel-sel darah seperti aktivitas agregasi trombosit, aktivitas antikoagulan; menganggu kerja enzim seperti fosfolipase A2, penghambat trypsin; atau berikatan dengan reseptor sel dan mengganggu pelepasan neurotransmitter pada sel-sel saraf.

Meskipun bisa dan racun sangat berbahaya, namun organisme yang memilikinya tidak terpengaruh oleh efek toksiknya.

Hal ini karena baik toksin maupun bisa, diproduksi dan disimpan dalam suatu struktur kelenjar khusus, sehingga organisme yang memilikinya dapat resisten terhadap efek racun tersebut.

Salah satu contoh organisme yang berbisa dan seringkali berkonflik dengan manusia adalah ular berbisa.

Bagaimana dan mengapa ular memiliki bisa? Apakah tujuan dibentuknya bisa pada ular? Apakah ular memilki bisa untuk menyerang manusia? Pertanyaan-pertanyaan ini akan saya bahas pada tulisan berikutnya.

Baca artikel selanjutnya: Trilogi Toksin Hewan: Bisa Ular, untuk Menyerang Musuh atau Memakan Mangsa?

https://www.kompas.com/sains/read/2024/04/29/162034423/trilogi-toksin-hewan-perbedaan-racun-toksin-dan-bisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke