Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Telinga Kera Purba Ungkap Bagaimana Manusia Bisa Berjalan 2 Kaki

Kompas.com - 04/02/2024, 12:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Zhang dan rekannya secara digital memindai tiga fosil Lufengpithecus yang digali di Tiongkok selatan pada tahun 1970an dan 1980an, di mana labirin tulang telinga bagian dalam masih terawetkan ketika bagian lain tengkoraknya telah hancur.

“Dengan menggunakan teknologi pencitraan modern, kami dapat memvisualisasikan struktur internal fosil tengkorak dan mempelajari detail anatomi saluran setengah lingkaran untuk mengungkap bagaimana mamalia yang punah itu bergerak,” kata Zhang.

Baca juga: Evolusi Tubuh Manusia, Ini Fungsi Bahu dan Siku di Masa Lalu

Evolusi bipedalisme

Hasil analisis itu dapat mengungkap gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana nenek moyang manusia purba mulai berjalan dengan dua kaki.

“Studi kami menunjukkan adanya tiga langkah evolusi bipedalisme manusia,” jelas Terry Harrison, penulis senior studi tersebut dan antropolog New York University.

Sebelum Lufengpithecus, kera paling awal berpindah dari satu cabang ke cabang lain dengan hanya bergantung pada lengannya, seperti yang dilakukan owa saat ini.

Kemudian muncullah Lufengpithecus yang memanjat, berayun di antara pepohonan sambil juga bergerak dengan empat anggota badan di tanah. Mereka juga menggunakan dua anggota badan saat berpegangan pada dahan.

Analisis tersebut menunjukkan bahwa Lufengpithecus sangat mirip dengan nenek moyang terakhir kera dan manusia yang berpindah-pindah, dan dari campuran gerakan inilah bipedalisme manusia akhirnya berevolusi.

Kesimpulan tersebut sangat sesuai dengan temuan sebelumnya yang juga menunjukkan bahwa bipedalisme muncul secara bertahap, yaitu nenek moyang yang berpegang pada pohon lalu perlahan-lahan menggunakan kaki mereka.

Studi dipublikasikan di The Innovation.

Baca juga: Sebelum Jalan dengan Dua Kaki, Nenek Moyang Manusia Hidup di Pohon

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com