Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Point Nemo, Kuburan Satelit Luar Angkasa di Bumi

Kompas.com - 05/12/2023, 14:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di bagian terjauh dan terdalam lautan, terdapat kuburan bagi satelit-satelit luar angkasa yang sudah tidak berfungsi lagi.

Kuburan satelit luar angkasa itu menjadi 'tempat paling sepi di muka Bumi'.

Baca juga: Mengenal Point Nemo yang Nyaris Jadi Peristirahatan Akhir Tiangong-1

Lokasinya sangat terpencil sehingga memerlukan waktu berhari-hari untuk melintasi lautan sepanjanng 2.700 kilometer dengan sebidang tanah terdekat yang berupa pulau kecil yang hanya dihuni oleh burung.

Tempat paling sepi yang terletak di Samudera Pasifik ini dikenal dengan sebutan Point Nemo.

Letak Point Nemo yang ekstrem ini rupanya menarik bagi industri luar angkasa.

Kuburan satelit

Mengutip Live Science, Senin (4/12/2023) sejak tahun 1970-an, program luar angkasa global telah menjatuhkan 300 wahana antariksa yang sudah pensiun, termasuk stasiun luar angkasa dan satelit di Point Nemo.

NASA baru-baru ini mengumumkan akan melakukan hal yang sama dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang telah mengorbit selama 25 tahun, dan akan secara resmi pensiun pada tahun 2031.

Dengan panjang 109 meter dan berat 419,725 kilogram , itu akan menjadi tambahan terbesar pada ruang kuburan di Point Nemo.

Menenggelamkan wahana antariksa di laut mungkin tampak seperti langkah ekstrem. Namun, menurut Stijn Lemmens, analis sampah luar angkasa di Badan Antariksa Eropa, membiarkannya beredar secara permanen di luar angkasa juga bukan solusi.

Saat ini terdapat 40.000 objek buatan manusia yang diketahui mengorbit planet, mulai dari ukuran 5 sentimeter hingga wahana antariksa raksasa seperti ISS.

Baca juga: Apa yang Terjadi saat Stasiun Luar Angkasa Internasional Pensiun?

Semakin padat kumpulan puing-puing luar angkasa, maka makin besar pula risiko terjadinya tabrakan, yang akan menghasilkan puing dan fragmen sisa-sisa tabrakan dalam ukuran yang kecil.

"Hingga pada titik di mana lingkungan orbit telah kacau dan tidak lagi aman untuk menempatkan wahana antariksa lagi di sana," ungkap Lemmens.

Jadi, kedalaman laut yang paling terpencil menjadi pilihan terbaik.

Untuk meminimallkan risiko kematian dan kehancuran saat wahana masuk ke Bumi, para ahli melihat ke seluruh dunia di mana tidak ada orang yang tinggal, tidak ada perahu dan tidak ada pesawat yang melintasi. Point Nemo adalah salah satunya.

Zona mati lautan

Namun ada pertanyaan menarik lainnya. Saat wahana antariksa ini ditenggelamkan di Point Nemo, bagaimana kehidupan laut di sana, apakah akan terkena dampaknya?

Menurut penelitian, inilah alasan lain mengapa Point Nemo menjadi kuburan satelit yang ideal.

Lemahnya arus laut di wilayah tersebut dan letaknya yang jauh dari daratan, membatasi aliran nutrisi ke bagian lautan ini.

Hal ini ditambah dengan sinar UV yang sangat kuat, menjadikannya tempat yang menantang bagi kehidupan untuk bertahan hidup dan berkembang.

Penelitian menemukan biomassa yang sangat rendah di wilayah tersebut, dan diyakini mengandung sangat sedikit keanekaragaman hayati.

Baca juga: Stasiun Luar Angkasa Internasional Pensiun 2031, Apa Penggantinya?

Ketika para peneliti mengambil sampel konsentrasi permukaan mikroba di sekitar Point Nemo pada tahun 2019, mereka menemukan jumlah sel terendah yang pernah diukur di permukaan air samudera.

Kendati demikian, Lemmens menambahkan, hal ini tidak berarti membuah sampah luar angkasa ke laut adalah solusi sempurna.

Baru-baru ini, para peneliti mengidentifikasi partikel aluminium di atmosfer, yang mereka yakini tidak mungkin berasal dari meteorit atau Bumi. Sebaliknya, mereka kemungkinan besar berasal dari pesawat ruang angkasa yang hancur ketika mereka kembali memasuki atmosfer.

Ini artinya, wahana antariksa berpotensi menyebabkan polusi sebelum mencapai kedalaman Point Nemo.

Langkah selanjutnya adalah bagaimana mencari solusi supaya sampah luar angkasa ini tidak mencemari Bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com