Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Cendana Aceh dan NTT Berkerabatkah?

Kompas.com - 17/11/2023, 12:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sandalwood (istilah dagang global untuk menyebut cendana) dari kedua jenis ini memiliki habitat di wilayah semi arid dengan kondisi lahan yang berbatu dan solum tanah yang tipis.

Di NTT cendana tumbuh di daerah batuan induk berkapur-vulkanis, tanah dangkal berbatu, tekstur tanah lempung, pH tanah netral-alkalis, Kadar N sedang, P2O5 sedang–tinggi, warna tanah hitam, merah-coklat, jenis tanah pada umumnya litosol, mediteran dan tanah kompleks. (Hamzah,1976).

Beberapa hal yang menunjukkan kemiripan karakteristik S. spicatum dengan S. album menjadi indikasi awal bahwa S. spicatum memiliki peluang untuk dapat dibudidayakan di beberapa lokasi di Indonesia, termasuk di Aceh Besar yang sudah memiliki catatan sejarah tentang adanya cendana di Aceh Besar.

Santalum album dianggap merupakan jenis cendana yang paling bernilai, dengan kayu terasnya yang telah matang mengandung 5–7 persen minyak dengan total santalol mencapai 85 persen (Mckinnell 1990; Rai 1990).

Sebaliknya, S. spicatum merupakan jenis cendana yang dianggap kurang bernilai secara komersil di masa lalu, dengan kayunya (teras + gubal) mengandung hingga 3 persen minyak dan total santalol hingga 40 persen.

Baca juga: 4 Manfaat Minyak Cendana untuk Kesehatan Kulit

Alasan karakteristiknya yang mirip dengan S. album dan mudah tumbuh, menjadikan cendana jenggi memiliki peluang untuk mengambil sebagian pangsa pasar cendana yang saat ini masih mengalami defisit suplai.

Cendana jenggi memiliki potensi besar untuk muncul sebagai alternatif pengganti cendana yang saat ini masih kekurangan dalam hal suplai kayu maupun produk turunannya.

Harga jual S. album dengan kualitas terbaik di pasaran per kilogramnya saat ini bisa mencapai 500.000 rupiah, bahkan lebih. Dengan kualitas minyak S. spicatum yang kurang lebih hanya setengahnya dari S. album, maka dapat diasumsikan bahwa harga jualnya per kilogram adalah 250.000 rupiah.

Dengan harga jual yang demikian dan kemampuan tumbuhnya yang cukup mudah, maka peluang untuk membudidayakannya menjadi semakin menarik.

Meski memiliki kesamaan, kedua jenis ini tetap merupakan spesies yang berbeda. Pembuktian secara ilmiah diperlukan untuk memastikan cendana Aceh termasuk jenis yang mana.

Berdasarkan hasil penelitian Nurochman dkk. (2019), diketahui bahwa cendana Aceh memiliki kedekatan secara genetik dengan cendana NTT, dengan perbedaan genetik hanya 16 persen. Lebih lanjut dikatakan hal ini menunjukkan cendana yang ada di Aceh kemungkinan besar berasal dari NTT.

Sebelumnya eksplorasi oleh Kholibrina dkk. (2015), menyatakan bahwa sebaran cendana di Aceh setidaknya terdapat di Desa Kulee, Kecamatan Batee dan Desa Pawood di Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, serta di Desa Ujong Keupula di Kecamatan Seulimeun, Kabupaten Aceh Besar.

Berdasarkan identifikasi taksonomi, cendana ini merupakan jenis S.album. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa cendana Aceh merupakan jenis yang sama dengan cendana NTT, yakni Santalum album.

Sebutan cendana jenggi yang muncul di pasaran untuk cendana Aceh, kemungkinan disebabkan perbedaan kekuatan aroma dan warna kayunya karena perbedaan tempat tumbuh. Sebagaimana dijelaskan bahwa S.spicatum memiliki aroma wangi yang tak sekuat S. album, dan warna kayunya cenderung merah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cendana Aceh dan NTT adalah jenis cendana Santalum album yang memiliki kekerabatan cukup dekat. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Menarik untuk diungkap melalui penelitian-penelitian berikutnya

Eko Pujiono dan Hery Kurniawan
Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi - Badan Riset dan Inovasi Nasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com