Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orbit Bumi Harus Dilindungi dari Sampah Luar Angkasa?

Kompas.com - 19/10/2023, 08:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ruang di orbit bumi semakin padat karena makin banyaknya benda buatan manusia yang ada di sana, tak terkecuali keberadaaan sampah-sampah luar angkasa.

Keberadaan satelit buatan di orbit Bumi pada tahun 2018, terhitung sekitar 2.000. Jumlah itu terus meningkat signifikan setelah diperkenalkannya megakonstelasi seperti Starlink.

Kini, terdapat sekitar 9.000 satelit yang mengorbit bumi dan pada akhir dekade ini jumlahnya diperkirakan akan mencapai 60.000 satelit.

Semakin banyaknya satelit di orbit Bumi ini bisa menjadi masalah besar.

Baca juga: Bagaimana ISS Bisa Terhindar dari Bahaya Sampah Luar Angkasa?

Orbit Bumi terancam sampah luar angkasa

Dikutip dari IFL Science, Senin (16/10/2023) saat satelit buatan di orbit Bumi ini tidak berfungsi lagi, benda-benda ini akan menjadi sampah luar angkasa yang tetap mengorbit planet kita.

Ancaman dari sampah luar angkasa ini muncul karena mereka bergerak lebih cepat daripada peluru sekecil apa pun, serta dapat merusak benda-benda lain di orbit. Salah satunya adalah Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Tabrakan puing sampah luar angkasa juga bisa menghancurkan satelit aktif lain yang diandalkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari komunikasi hingga perlindungan.

Sementara itu, dilansir dari Astronomy, sampah antariksa ini juga bisa masuk kembali ke atmosfer dan kemudian jatuh ke Bumi yang posisi pastinya tidak diketahui, mulai dari perairan terbuka, padang rumput, atau kerumunan di pusat kota.

Seperti puing sampah luar angkasa yang jatuh ke Bumi pada akhir Juli 2022. Pendorong roket Long March 5B milik China memasuki kembali atmosfer Bumi dan jatuh di Laut Sulu dekat Filipina.

Baca juga: Bagaimana Cara Membersihkan Sampah Luar Angkasa?

 

Oleh karena itu, di masa depan puing-puing sampah antariksa berisiko jatuh dan mengenai orang bisa saja terjadi dan berpotensi mengancam nyawa.

"Tidak hanya puing kecil tetapi puing berukuran lebih besar tetap bisa masuk kembali ke atmosfer secara teratur," ungkap Marlon Sorge, direktur eksekutif The Aerospace Corporation’s Center for Orbital and Reentry Debris Studies.

Mengatasi ancaman sampah luar angkasa

Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah meningkatkan kewaspadaan terhadap masalah sampah antariksa di orbit Bumi.

Ilmuwan pun menyerukan perjanjian yang mengikat secara hukum untuk memastikan bahwa ruang di sekitar orbit Bumi tidak dirusak secara permanen oleh sampah luar angkasa.

Baca juga: Ada Berapa Banyak Sampah Antariksa di Orbit Bumi?

"Sama halnya dengan polusi plastik, sekarang kita berada dalam situasi serupa dengan penumpukan sampah luar angkasa. Dengan mempertimbangkan apa yang telah kita pelajari dari laut lepas, kita dapat menghindari kesalahan yang sama dan bekerja sama untuk mencegah tragedi yang terjadi di ruang angkasa," papar Imogen Napper, peneliti di University of Plymouth.

“Untuk mengatasi permasalahan planet, kita perlu menyatukan ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu untuk mengidentifikasi dan mempercepat solusi,” jelas Heather Koldewey, penasihat teknis senior kelautan Zoological Society of London.

Ilmuwan sudah mulai mencari solusi mengenai sampah luar angkasa ini. Akan tetapi, hal tersebut tetap memerlukan kemauan berbagai pihak untuk menjaga lingkungan tetap aman karena polusi berlebihan di luar angkasa akan merugikan semua orang.

Pentingnya perlindungan orbit Bumi terhadap sampah luar angkasa ini telah dipublikasikan di jurnal Science.

Baca juga: Apa itu Sampah Luar Angkasa dan Bagaimana Cara Membersihkannya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com