Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Publikasi Industri atau Industri Publikasi?

Kompas.com - 30/08/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam konteks riset akademik dengan tujuan publikasi ilmiah, patut dipuji sisi bagus BRIN yang genuine.

BRIN menganut sistem open platform sehingga menjadi lembaga penyedia fasilitas yang lengkap dan ekosistem riset yang kondusif. BRIN menjadi tempat kolaborasi periset, industri, dan perguruan tinggi.

Semua pihak memiliki kesempatan yang sama untuk mempergunakan fasilitas dan memperoleh data. Namun jangan sampai konsep open platform ini menjadi semata jasa pengujian dan penyewaan fasilitas.

Apabila hal seperti ini terjadi, maka tidak ada bedanya dengan lembaga pengujian seperti Sucofindo. Hal ini nampak dari pengelolaan fasilitas berbasis satuan alat, alat yang sejenis dikumpulkan menjadi satu.

Baca juga: Dampak Covid-19 Tren Jumlah Publikasi Bereputasi Menurun?

Bukannya berbasis satuan kompetensi, yaitu seperangkat alat yang menyesuaikan kompetensi lembaga.

Dalam hal ekosistem riset akademik untuk memperoleh data, BRIN sangatlah bagus.

Namun untuk riset penguasaan teknologi, yaitu memperoleh know-how, kurang mendapat tempat di BRIN. Riset yang dulunya bergenetik penguasaan teknologi dan berbasis kompetensi lembaga menjadi makin tipis.

Positioning ini membuat BRIN cenderung sebagai lembaga riset akademik, dan apabila positioning ini yang diambil, maka beririsan banyak dengan perguruan tinggi.

Sejatinya positioning lembaga riset pemerintah adalah:

  1. Societal needs dan public problem solving. Pemerintah berkepentingan menyelesaikan masalah di berbagai sektor melalui riset dan inovasi melalui tangan lembaga riset. Hasil riset dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah, baik sebagai referensi kebijakan, maupun solusi teknis.
  2. Mengelola riset yang advance, yang tidak bisa dilakukan perguruan tinggi karena membutuhkan fasilitas khusus dan tujuan khusus. Misalnya penguasaan teknologi tertentu untuk kepentingan strategis nasional.

Dalam Undang-Undang Iptek sebenarnya sudah dijabarkan tentang penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (Litbangjirap) yang mewadahi semua aliran riset, akan tetapi implementasi di BRIN hanya di penelitian akademik saja, dan cenderung mengabaikan riset penerapan teknologi.

Baca juga: Produktivitas ASN Lembaga Riset

Kedua, tentang orientasi. Secara umum, lembaga pemerintah bertujuan untuk menghasilkan dampak (impact), bukan orientasi volume/jumlah output. Oleh karena itu, pola pikirnya adalah bagaimana hasil kerja dan hasil riset lembaga pemerintah berdampak pada masyarakat dan industri.

Apabila kita melihat pola kemajuan negara-negara barat, kemajuan industri merupakan hasil dari revolusi industri yang kemudian membawa perubahan ikutan ke berbagai sektor, termasuk dunia riset akademik.

Kemajuan publikasi ilmiah adalah konsekuensi logis dari kemajuan industri tersebut. Negara maju di Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan China jumlah publikasi ilmiahnya melonjak setelah kemajuan industri manufaktur.

Di China kemajuan pesat industri manufaktur dimulai dari tahun 1990-an. Kemudian tahun 2000-an melesat jumlah publikasi dan paten, dan sekarang menjadi penyumbang publikasi dan paten terbanyak di dunia.

Jadi, kemajuan industri akan memicu kemajuan sektor riset akademik, bukan sebaliknya. Dalam hal ini jumlah publikasi dan paten benar-benar menggambarkan kemajuan industri. Riset dan inovasi mendapatkan tempatnya, berbasis kebutuhan dan masalah nyata.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com