Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/11/2022, 14:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PLT DIREKTUR Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) Kemendikbudristek, Prof. Nizam mengatakan, semasa pandemi Covid-19 jumlah publikasi internasional bereputasi cenderung menurun di seluruh dunia. Bahkan, penurunan publikasi di Indonesia sangat signifikan (Kompas, 14/11/2022).

Berdasarkan data jumlah publikasi internasional terindeks Scopus (Q1 sd. Q4) sebelum dan sesudah pandemi Covid-19 yang diperoleh dari Scimago (https://www.scimagojr.com/) misalnya, memperlihatkan fakta menarik untuk dicermati.

Secara internasional, dari semua negara yang terdaftar (241 negara) jumlah publikasi internasional bereputasi yang terindeks Scopus justru memperlihatkan kenaikan yang signifikan setiap tahunnya, dari tahun 2016—2021.

Rerata total kenaikan jumlah publikasi pra-pandemi (2016—2019) mencapai 5,03 persen, dari 3.751.076 publikasi (2016) menjadi 4.346.377 publikasi (2019).

Sementara, rerata total kenaikan jumlah publikasi dalam kurun waktu dua tahun pasca-pandemi (2020—2021) justru mengalami kenaikan signifikan mencapai 6,84 persen, dari 4.593.514 (2020) menjadi 4.960.672 (2021).

Dengan kata lain, jumlah publikasi secara internasional dari masa pra-pandemi ke pasca-pandemi justru mengalami kenaikan sebesar 1,8 persen atau rerata 745.775 publikasi.

Namun, fenomena sebaliknya terjadi pada jumlah publikasi jurnal. Data memperlihatkan ada penurunan secara signifikan dalam lima tahun terakhir (2017—2021) mencapai rerata minus 5,31 persen per tahun, yaitu 34.766 jurnal (2017) menjadi 27.339 jurnal (2021).

Di kawasan negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Timor-Leste, pandemi Covid-19 tidak berdampak terhadap penurunan produktivitas publikasi ilmiah mereka.

Jumlah publikasi internasional bereputasi yang terindeks Scopus di negara-negara tersebut mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, baik pada masa pra-pandemi hingga pasca-pandemi.

Jumlah publikasi hanya terjadi di Myanmar dari 1.062 publikasi (2020) menjadi 857 publikasi (2021), dan Laos dari 350 publikasi (2019) menjadi 342 publikasi (2020). Namun, kembali mengalami kenaikan pada tahun 2021 (357 publikasi).

Di Indonesia, penurunan jumlah publikasi juga hanya terjadi antara tahun 2020 (50.965 publikasi) ke tahun 2021 (49.350 publikasi).

Namun, dalam konteks publikasi di Indonesia, ada fenomena yang menarik untuk dicermati, dan mendukung penyataan Prof. Nizam.

Di satu sisi, jumlah publikasi internasional bereputasi secara kuantitatif memang mengalami kenaikan setiap tahunnya pada masa pra-pandemi (2016—2019) dengan kenaikan rerata 56,07 persen per tahun. Yaitu dari 12.706 publikasi (2016) menjadi 47.643 publikasi (2019).

Namun demikian, persentase kenaikan pertahunnya mengalami penurunan dari 69,91 persen (2016-2017) menjadi 35,84 persen (2018-2019).

Di sisi lain, pada masa pasca-pandemi (2020-2021), jumlah publikasi internasional bereputasi secara kuantitatif juga mengalami kenaikan 6,97 persen pada tahun 2020 (50.965 publikasi).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com