Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mata Garuda Banten
Perkumpulan Alumni Beasiswa LPDP di Provinsi Banten

Perkumpulan alumni dan awardee beasiswa LPDP di Provinsi Banten. Kolaborasi cerdas menuju Indonesia emas 2045.

Melihat Rekayasa Genetika Tanaman Menghadapi Perubahan Iklim

Kompas.com - 26/06/2023, 10:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kedelai normalnya mengalami penurunan hasil produksi akibat terpapar herbisida yang digunakan untuk membunuh gulma. Sedangkan, kedelai transgenik mampu tumbuh normal dan memiliki hasil produksi yang lebih tinggi (Maskar dkk., 2015).

Tanaman ini telah dimodifikasi secara genetik sehingga memiliki keunggulan tahan terhadap herbisida yang dibuat dengan cara menyisipkan gen EPSPS dari bakteri.

Ini menjadikan penanaman kedelai transgenik dirasa lebih menguntungkan bagi petani. Hasilnya, produktivitas kedelai menjadi signifikan meningkat.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh USDA, seiring dengan tingginya permintaan pasar terhadap kedelai, penanaman kedelai transgenik meningkat pesat dari tahun ke tahun.

Tercatat pada 1997 yang hanya sekitar 17 persen, lalu pada tahun 2001 meningkat menjadi 68 persen, kemudian meningkat kembali menjadi 94 persen pada 2014.

Dari kedua contoh keberhasilan di atas, kita memiliki peluang untuk menjadikan metode rekayasa genetika sebagai solusi untuk menghadapi permasalahan pemanasan global dan lahan kritis yang kita hadapi.

Kita dapat mulai mencari gen-gen mana saja yang bertanggungjawab terhadap ekspresi adaptasi tanaman pada lingkungan dengan salinitas tinggi.

Selanjutnya melalui rekayasa genetika kita dapat mengembangkan varietas tanaman yang adaptif terhadap lingkungan berkadar salinitas tinggi dengan cara menyisipkan gen yang telah kita temukan.

Setelah varietas tanaman tahan salin berhasil dikembangkan, diharapkan kita menjadi lebih siap dalam menghadapi perubahan iklim ekstrim di Indonesia.

Diharapkan pula, produktivitas dan profitabilitas hasil pertanian di Indonesia khususnya di daerah terdampak salinitas dapat meningkat.

Namun lebih dari itu, teknologi rekayasa genetika menyimpan potensi jauh lebih besar untuk dikembangkan.

Tidak hanya memberikan solusi terhadap masalah pangan, namun teknologi ini dapat kita gunakan juga untuk merekayasa tanaman agar lebih efektif dalam menyerap gas rumah kaca penyebab pemanasan global, dan dapat menghasilkan biomassa atau produk pangan dan pakan berkadar nutrisi lebih tinggi.

Sehingga kita dapat secara aktif memerangi perubahan iklim ekstrem sekaligus mengembangkan kualitas serta kuantitas produk pangan di masa mendatang.

Saat ini, para peneliti mulai mengembangkan beberapa tanaman yang memiliki toleransi terhadap lingkungan dengan kadar salinitas yang tinggi seperti pada beberapa varietas padi yang diuraikan sebelumnya.

Melihat potensi serta keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai dari teknologi rekayasa genetika pada tanaman, dapat kita simpulkan bahwa teknologi ini memiliki peran yang strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim ekstrem.

Dengan demikian, ketahanan pangan di Indonesia dapat diwujudkan, kesejahteraan petani ditingkatkan dan dampak negatif pemanasan global dapat ditekan.

*Rashinta Diva Ardani, Mahasiswa Program Studi Bioteknologi, Universitas Brawijaya, Peserta Magang pada Pusat Riset Rekayasa Genetika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Erwin Fajar Hasrianda, Awardee LPDP, Anggota Komunitas Keilmuan LPDP Life Sciences, Alumni Wageningen University, Bidang Plant Breeding & Genetics, Pengurus Mata Garuda Banten

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com