Berdasarkan studi NASA misi luar angkasa jarak jauh dapat meningkatkan keseluruhan peradangan dalam tubuh manusia.
Risiko meningkatnya peradangan saat tubuh manusia berada di luar angkasa tersebut telah dikaitkan dengan kondisi seperti penyakit jantung dan resistensi insulin.
Hal tersebut terungkap dari studi yang dilakukan pada astronot Scott dan Mark Kelly yang merupakan saudara kembar identik.
Dampak luar angkasa terhadap tubuh manusia adalah dapat mempengaruhi DNA. Astronot menghadapi peningkatan risiko kerusakan DNA, terutama karena paparan radiasi kosmik dan gayaberat mikro.
Partikel bermuatan sinar kosmik dapat merusak untaian DNA secara langsung atau tidak langsung melalui produksi radikal bebas, sejenis molekul yang tidak stabil.
Baca juga: Apa Saja Risiko Kehamilan pada Anak?
Mikrogravitasi, di sisi lain, dapat mengganggu proses perbaikan DNA alami, yang selanjutnya meningkatkan risiko mutasi genetik pada tubuh manusia saat astronot berada di luar angkasa.
Kondisi unik di dalam penerbangan luar angkasa dan kurangnya udara segar juga dapat menambah efek berbahaya ini.
Dengan demikian misi luar angkasa jarak jauh dapat menyebabkan akumulasi mutasi genetik, meningkatkan risiko kanker, fibrosis kistik, anemia sel sabit, dan efek kesehatan buruk lainnya.
Risiko lain yang dihadapi tubuh manusia adalah masalah kesehatan pencernaan. Saluran pencernaan manusia adalah rumah bagi triliunan mikroba yang dapat memengaruhi fungsi pencernaan manusia, respons imun, metabolisme, dan pensinyalan saraf, di antara fungsi tubuh lainnya.
Baca juga: Apa Saja Risiko Infeksi Kraken Omicron Subvarian XBB 1.5?