KOMPAS.com - Kecanduan pornografi mengacu pada ketergantungan emosional pada pornografi yang mengganggu kehidupan sehari-hari, hubungan, dan kemampuan untuk berfungsi.
Seseorang yang kecanduan pornografi mungkin menjadi tidak puas dengan kehidupan seksnya sendiri atau terlibat dalam perilaku berisiko, seperti menonton film porno di tempat kerja.
Saat ini, kecanduan pornografi masih menjadi isu yang kontroversial, dengan beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebenarnya kecanduan pornografi itu tidak ada.
Meskipun masih diperdebatkan oleh para peneliti dan spesialis terkait penyalahgunaan pornografi dapat diklasifikasikan sebagai kecanduan, yang diketahui bahwa penyalahgunaan pornografi dapat mengakibatkan dampak negatif nagi kesehatan dan dapat menyebabkan kecanduan perilaku.
Baca juga: Belajar dari Kasus Marshel dan Dea OnlyFans, Kenali 10 Gejala Kecanduan Pornografi
Dilansir dari Addiction Center, manusia rentan untuk membentuk kecanduan terhadap zat atau perilaku yang merangsang pusat dopamin otak, yang menyebabkan perasaan senang yang intens.
Narkoba, alkohol, video game, gula, dan pornografi dapat memicu pelepasan dopamin di otak. Saat seseorang mengalami orgasme, tubuhnya melepaskan hormon endorfin dan terjadi lonjakan kadar dopamin, yang menyebabkan orang tersebut mengalami perasaan senang.
Seseorang dapat memperoleh toleransi terhadap pornografi, seperti halnya alkohol atau narkoba, yang berarti mereka akan terus membutuhkan lebih banyak rangsangan dari waktu ke waktu untuk mencapai tingkat kesenangan yang sama.
Kebutuhan yang terus-menerus akan rangsangan yang lebih banyak ini dapat membuat beberapa orang melakukan tindakan seksual yang berpotensi berbahaya dalam kehidupan nyata.
Baca juga: Belajar dari Kasus Dea OnlyFans, Bagaimana Pornografi Bisa Bikin Candu?
Dopamin bukan satu-satunya bahan kimia di otak yang terpengaruh oleh pornografi. Bahan kimia lain yang dipengaruhi oleh pornografi termasuk norepinefrin, oksitosin, vasopresin, endorfin, dan serotonin.
Saat diaktifkan oleh pornografi, kombinasi bahan kimia ini dapat menyebabkan sejumlah masalah, termasuk penyusutan lobus frontal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.