Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Saat Stres Selalu Ingin Buang Air Kecil?

Kompas.com - 29/03/2023, 20:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat sedang gugup atau stres, beberapa di antara Anda mungkin akan merasa ingin buang air kecil. Tenang saja, Anda tidak sendiri mengalami kondisi tersebut.

Keinginan buang air kecil yang tiba-tiba, berulang, dan berlebihan disebut OAB (overactive bladder) yang mengacu pada kandung kemih yang terlalu aktif, sehingga menyebabkan beser.

Sebagian besar dari kita mungkin menganggap OAB sebagai dorongan aneh yang tidak dapat dijelaskan atau mungkin sebagai kekhasan pribadi yang sepertinya tidak dapat kita atasi. Namun, kenyataannya kondisi tersebut cukup umum dialami.

Selain stres, ada banyak penyebab yang mengakibatkan OAB, di antaranya seperti.

  • Diabetes melitus
  • Berbagai gangguan neurologis
  • Multiple sclerosis (MS)

Bahkan penyebab lain yang bisa terjadi karena kadar hormon yang berfluktuasi, dan semuanya telah diakui sebagai kontributor OAB.

Baca juga: Mengapa Anjing Suka Memiringkan Kepalanya?

Namun, penyebab OAB atau rasa ingin buang air kecil yang kurang diketahui sebenarnya adalah stres, kegugupan, dan kecemasan.

Hubungan antara stres dan buang air kecil

Dikutip dari Science ABC, Selasa (28/3/2023) hubungan antara buang air kecil dan stres bukan hanya terjadi pada manusia melainkan telah diamati di seluruh kerajaan hewan.

Faktanya, para peneliti telah mengamati dan mempelajari perilaku tersebut baik dalam kondisi alami maupun kondisi eksperimental.

Dalam laboratorium, peneliti menggunakan tikus untuk menentukan hubungan atau korelasi antara sensitivitas kandung kemih dan stres.

Mereka memaparkan kelompok tikus jantan pada stres kronis dalam waktu tujuh hari penuh.

Baca juga: Mengapa Manusia Mendengarkan Musik?

Ilustrasi stres.FREEPIK Ilustrasi stres.

Peneliti menemukan bahwa setelah terus-menerus terpapar stres kronis, tikus mengalami penurunan kapasitas kandung kemih dan peningkatan kapasitas berkemih.

Ini berarti bahwa mereka tidak dapat menahan kencing dan mereka memiliki kebutuhan untuk buang air kecil.

Hal yang sama diamati pula di alam liar. Seekor rusa yang lari dari kejaran harimau sering mengompol saat melarikan diri.

Ini terjadi karena mereka dihadapkan pada bahaya dan tekanan situasi yang tiba-tiba dan tidak terduga.

Saat terkena stresor, otot melepaskan zat yang dikenal sebagai hormon CRF.

Baca juga: Mengapa Suku Aztec Mengorbankan Manusia?

Pelepasan CRF dari hipotalamus adalah langkah pertama dari respon stres yang akhirnya menghasilkan sintesis dan pelepasa glukokortikoid seperti kortisol.

Dalam pengaturan yang stabil, otot kandung kemih menjadi rileks sampai kandung kemih terisi. Namun, meski kandung kemih sudah terisi, kita tetap bisa mengontrol saat buang air kecil.

Tetapi sistem kontrol itu akan terganggu ketika seseorang stres. Kandung kemih memiliki reseptor M2 spesifik untuk CRF.

Pelepasan CRF, yang terjadi saat terkena stres kemudian menganggu kontrol hormonal kandung kemih.

Begitu kandung kemih mendeteksi pelepasa CRF dari hipotalamus, itu akan direspon dengan berkontraksi yang akan menghasilkan dorongan kuat atau bahkan berlebihan untuk buang air kecil.

Baca juga: Mengapa Makam Kaisar Pertama China Tak Pernah Dibuka?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com