Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Gejala Menopause Selain Berhenti Menstruasi

Kompas.com - 25/10/2022, 11:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Menopause adalah akhir dari siklus menstruasi wanita. Kondisi ini didiagnosis setelah Anda melewati 12 bulan tanpa periode menstruasi. Menopause bisa terjadi pada usia 40-an atau 50-an.

Dr. dr. Tita Husnitawati, Sp.OG (K)-Fer, Presiden Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMINESIA), menjelaskan, bahwa menopause merupakan kejadian alamiah yang pasti dialami semua perempuan.

Tetapi adanya perubahan hormon saat menopause, biasanya akan menyebabkan munculnya gejala fisik, seperti hot flashes, gejala gangguan kognitif, dan gejala emosional yang dapat mengganggu tidur, menurunkan energi, memengaruhi kesehatan emosional, hingga menurunkan kualitas hidup.

Baca juga: Memasuki Masa Menopause, Apa yang Terjadi Pada Tubuh Perempuan?

Sehingga, menurut dr Tita, penting bagi semua perempuan untuk mengenali gejalanya, agar lebih siap menghadapi menopause, sehingga tidak terjadi penurunan kualitas hidup.

Gejala fisik

Dr Tita mengatakan, kondisi menopause bisa menyebabkan gejala atau sindroma metabolik yang terdiri dari obesitas perut yang ditandai lingkar perut lebih dari 80 cm, tekanan darah meningkat, dan pemeriksaan laboratorium yang menunjukan profil lemak abnormal dan gula darah meningkat.

“Hal ini terjadi karena konsumsi makanan berkalori tinggi, kebiasaan merokok, dan pertambahan usia,” ujar dr Tita dalam virtual press conference World Menopause Day 2022: Cognition and Mood Life After 40 Happy and Healthy, beberapa waktu lalu.

Gejala gangguan kognitif

Selain gejala fisik, perubahan hormon saat menopause juga menyebabkan gangguan kognitif. Kondisi ini merupakan gejala paling umum yang dialami setidaknya 44-62% populasi.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K), MPd.Ked, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa mengungkap, bahwa perempuan dalam masa menopause rentan mengalami penurunan daya berpikir (fungsi kognitif), khususnya berupa penurunan daya ingat dan kelancaran verbal, yang berpotensi menjadi demensia di kemudian hari.

Hormon estrogen berperan dalam mediasi neurotransmitter di korteks prefrontal, yang berperan dalam fungsi eksekutif, dengan mengatur pembentukan saraf dan melindungi saraf dari kerusakan dan kematian sel.

Estrogen juga berperan dalam regulasi fungsi mitokondria dalam sintesis ATP, yaitu bentuk energi yang dibutuhkan sel.

“Penurunan kadar estrogen akan mengganggu pembentukan energi otak akibat disfungsi mitokondria, yang diikuti dengan penurunan metabolisme otak, deposisi beta amiloid, hilangnya sinaps neuron di otak, dan kemudian menyebabkan penurunan fungsi kognitif hingga demensia,” jelas dr Natalia.

Baca juga: Mengapa Vagina Kering Menjelang Menopause?

Gejala gangguan kesehatan mental

Selain mengganggu kemampuan kognitif, perubahan hormon juga mengganggu kesehatan mental perempuan di masa menopause.

Perubahan hormon seperti estrogen, serta fluktuasi prolaktin dan kortisol menjadi penyebab gejala stress, kecemasan, dan depresi yang dialami oleh perempuan dalam masa menopause.

Dalam masa perimenopause dan postmenopause, setidaknya perempuan mengalami peningkatan risiko 2 sampai 4 kali untuk mengalami depresi.

Itulah mengapa, perempuan menopause lebih rentan mengalami gangguan mood yang meliputi perasaan gelisah, sensitif, dan perubahan mood yang fluktuatif (mood swing).

Baca juga: Ketahui Penyebab Menopause Dini yang Terjadi pada Wanita di Bawah Usia 40 Tahun

Tak bisa dipungkiri, penurunan hormon estrogen memang memegang peranan penting dalam perubahan mood, terkait dengan fungsinya dalam regulasi sintesis dan metabolisme berbagai neurotransmitter terkait mood, seperti serotonin, dopamine, dan norepinephrine.

Disregulasi dari berbagai neurotransmitter tersebut pada daerah hipothalamus, korteks prefrontal, dan sistem limbik dapat menyebabkan gangguan mood dan perasaan lelah (fatigue).

Perubahan mood tersebut, nantinya dapat berkembang menjadi lebih berat dan menyebabkan gejala kecemasan dan depresi.

Gejala kecemasan, ditandai dengan perasaan gelisah, panik, berkeringat, hingga sesak napas.

Sementara, gejala depresi dapat ditandai dengan perasaan lelah, tidak berenergi, gangguan tidur, konsentrasi yang buruk, dan perubahan berat badan yang dapat memperburuk kualitas hidup.

“Selain itu, proses penuaan pada fisik perempuan saat menopause, akan menimbulkan rasa tidak percaya diri dan terbentuknya pandangan negatif pada dirinya,” kata dr Natalia.

Cara mengatasi gejala menopause

1. Pola hidup sehat

Dikatakan dr Tita, risiko perubahan fisik tubuh akibat menopause dapat dihindari dengan kebiasaan hidup sehat, yakni dengan berolahraga teratur, mengonsumsi makanan bernutrisi sehat dan gizi seimbang, serta tidak merokok.

“Jenis olahraga yang tepat adalah olahraga yang membuat lancar pertukaran udara (aerobik), sebaiknya dilakukan setiap hari selama 30 menit, minimal 4 kali seminggu, dengan jenis aktivitas yang disesuaikan dengan usia,” tuturnya.

Baca juga: 8 Gejala Menopause, Haid Tak Teratur hingga Hot Flashes

2. Terapi hormon

Selain gaya hidup, pengobatan untuk gejala menopause dapat dilakukan dengan terapi hormon.

Pengobatan hormon untuk keluhan menopause sebenarnya bukanlah pengobatan utama. Apalagi, jika perempuan tersebut memiliki sindroma metabolik, terapi hormon tidak bisa digunakan.

“Namun, penelitian terkini membuktikan bahwa pengobatan hormon relatif aman bila diberikan topical melalui kulit, selaput lendir atau vagina,” ujar dr. Tita.

3. Relasi yang baik dalam keluarga

Hubungan yang baik dengan pasangan dan keluarga dapat membantu meringankan stress akibat menopause dan membantu perempuan menjadi lebih resilien dalam melewati fase ini.

Peran support system sangat penting dalam membantu perempuan menjalankan masa menopause.

Dr Natalia mengingatkan, ketika disfungsi seksual akibat menopause terjadi, pasangan perlu saling berkomunikasi terkait ekspektasi satu sama lain soal hubungan seksual.

Pasangan juga dapat melakukan couples therapy, untuk membantu agar dapat saling memahami dan membentuk strategi dalam menghadapi perubahan biologis, hormonal, dan psikologis yang sedang terjadi.

“Beberapa hal yang perlu dibicarakan adalah bagaimana fase menopause ini berdampak pada hubungan, keintiman, seksualitas, dan bagaimana harapan dan ekspektasi terhadap satu sama lain dalam melewati fase ini,” pungkasnya.

Baca juga: Seperti Manusia, Beberapa Paus Juga Alami Menopause

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com