KOMPAS.com - Menopause adalah keadaan di mana berhentinya haid atau menstruasi secara permanen, akibat hilangnya aktivitas ovarium atau indung telur. Rata-rata usia perempuan yang mencapai masa menopause ialah 50 sampai 51 tahun.
Tapi, adapula kondisi yang disebut sebagai menopause prematur atau menopause dini.
Untuk diketahui, menopause prematur adalah berhentinya periode menstruasi yang terjadi di bawah usia 40 tahun, dan sangat berhubungan dengan kadar estrogen.
Staf Pengajar Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – RSCM dr Gita Pratama, SpOG(K), M.RepSc, mengatakan estrogen pada perempuan sangat unik, dan akan berkurang Ketika usianya mencapai 40 tahun ke atas.
Baca juga: Mengapa Vagina Kering Menjelang Menopause?
Dia menjelaskan, bahwa kekurangan hormon estrogen akan berdampak bukan hanya pada kulit, tetapi pada gangguan kesehatan yang lain.
“Menopause merupakan proses fisiologis karena memang jumlah telur atau folikel pada ovarium seorang wanita, akan berkurang seiring bertambahnya usia,” papar Gita dalam webinar, Minggu (3/4/2022),
Pada seorang perempuan, penurunan jumlah telur akan terjadi sangat cepat saat usianya memasuki 38 tahun. Jika berhentinya menstruasi terjadi lebih cepat, maka dapat dikatakan orang tersebut mengalami menopause prematur atau menopause dini.
“Jadi kalau haid udah mulai dua bulan sekali, tiga bulan sekali itu kemungkinan kira-kira satu sampai tiga tahun lagi akan menjelang menopause. Sebelum itu biasanya telat (menstruasi) satu sampai dua minggu,” imbuhnya.
Berdasarkan data, sekitar 1 persen perempuan di bawah usia 40 tahun mengalami menopause dini, sementara 5 persen perempuan mengalami menopause di usia 40 sampai 45 tahun. Penyebab dari kondisi ini sendiri masih belum bisa diketahui secara pasti.
“Namun sayangnya penyebab menopause prematur tidak diketahui. Tetapi ada beberapa penyakit tertentu (yang bisa menyebabkannya),” terang Gita.
“Seperti penyakit autoimun, genetik, infeksi atau inflamasi, defisiensi enzim, sindrom metabolik, terapi kanker atau kemoterapi, dan pengangkatan ovarium bilateral,” sambungnya.
Terapi kanker, kata dia, bisa menyebabkan kerusakan pada ovarium, baik yang bersifat sementara maupun permanen. Setidaknya 6 persen pasien anak dengan kanker yang sudah melakukan kemoterapi tidak pernah mengalami menstruasi lagi.
“Namun ada juga yang masih haid (prevalensinya) 8 persen. Haid tapi sebentar, belum sampai 41 tahun sudah menopause, dan dua pertiga perempuan dengan kanker payudara dan menjalani kemoterapi biasanya tidak haid lagi,” ujarnya.
Baca juga: 8 Gejala Menopause, Haid Tak Teratur hingga Hot Flashes