Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Matahari Dapat Tersembunyi di Bulan, Ini Alasannya

Kompas.com - 19/09/2022, 17:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Ilmuwan mengungkapkan sejarah tentang Matahari, bisa dipelajari melalui satelit Bumi yaitu Bulan. Sejarah matahari mungkin saja dapat tersembunyi di Bulan.

Itu mengapa para ilmuwan berharap misi Artemis yang segera diluncurkan ke Bulan beberapa saat lagi dapat membantu memahami sejarah kehidupan bintang kita.

Dikutip dari Science Alert, Senin (19/9/2022) Matahari selalu memengaruhi semua benda di Tata Surya.

Kita tak hanya menerima panas dan cahaya dari Matahari, tetapi juga hujan konstan partikel berenergi tinggi dan angin Matahari.

Itu tak hanya terjadi hari ini, tetapi setiap hari selama 4,5 miliar tahun terakhir.

Baca juga: Kapan Matahari Terbenam dan Proses Terjadinya?

Tetapi bagaimana pengaruh Matahari terhadap Bumi selama ini, tak banyak tercatat dalam sejarah Matahari, Bumi maupun Bulan.

Pasalnya, pelapukan air, erosi dari air, dan siklus konstan dari lempeng tektonik telah membuat perubahan yang mungkin telah dilakukan pada Matahari pada kerak, kemudian meniup atau menguburnya jauh di dalam mantel Bumi.

Namun bukan berarti kita tak bisa mengetahui sejarah Matahari sama sekali.

Sebuah studi menyebut 'dunia yang mati' adalah tempat yang lebih baik untuk menyingkap sejarah Matahari.

Menurut studi yang muncul di jurnal pracetak arXiv tersebut, berhubung Bulan adalah 'dunia mati' terdekat dengan Bumi, maka pencarian sejarah Matahari bisa dilakukan mulai dari sana.

Ada beberapa aktivitas di permukaan Bulan sejak pembentukan awalnya yang dapat mengungkap bagaimana sejarah Matahari. Aktivitas di permukaan Bulan tersebut, antara lain, seperti aliran lava dan dampak dari asteroid, serta komet.

Baca juga: Hari Ini, Badai Matahari Ringan Menghantam Bumi

Ilustrasi radiasi matahari menjadi penyebab terbentuknya nanopartikel besi di Bulan. Studi baru ungkap bukti radiasi matahari memecah partikel besi di satelit Bumi.SHUTTERSTOCK/Lia Koltyrina Ilustrasi radiasi matahari menjadi penyebab terbentuknya nanopartikel besi di Bulan. Studi baru ungkap bukti radiasi matahari memecah partikel besi di satelit Bumi.

Dan aliran lava ini sebenarnya adalah salah satu bantuan untuk mengungkap sejarah Matahari. Aliran lava dapat menutup sebagian besar permukaan Bulan dari interaksi lebih lanjut dengan Matahari.

Jika para peneliti bisa menggali di bawah aliran dan ke dalam regolit Bulan yang lebih dalam, maka ada kemungkinan peneliti bakal memiliki gambaran sejarah Matahari dari sebelum lava mengalir.

Dalam studi itu, peneliti mengungkapkan pula beberapa hal yang dapat diukur dari sampel Bulan dan bagaimana sampel terhubung dengan aktivitas Matahari.

Misalnya, peneliti dapat melihat berapa lama sampel telah terpapar sinar kosmik dan menggunakannya untuk memodelkan laju produksi sinar kosmik dari Matahari selama beberapa miliar tahun terakhir.

Baca juga: Mengenal Badai Matahari yang Jatuhkan Satelit Internet Starlink Milik SpaceX

Peneliti juga dapat melihat jejak yang ditinggalkan oleh partikel berenergi tinggi saat mereka menggali ke dalam kerak Bumi untuk mendapatkan informasi yang sama.

Selain itu, dengan membandingkan sampel yang berbeda pada kedalaman dan lokasi yang berbeda pula, peneliti pada akhirnya dapat memahami perubahan kecerahan Matahari dari waktu ke waktu.

Studi menyebut pula, tak ada lokasi lain yang bisa diakses di Tata Surya selain Bulan untuk mengintip sejarah kuno Matahari.

Sederhananya, Bulan adalah kapsul waktu Matahari. Sehingga, dengan mempelajari Bulan, maka dapat pula terungkap bagaimana sejarah Matahari.

Baca juga: Dampak Aktivitas Matahari bagi Indonesia Berisiko Rendah, Ini Penjelasan BRIN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com