Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fosil Jakapil Kaniukura Ditemukan di Argentina, Dijuluki Dinosaurus Berlapis Baja

Kompas.com - 15/08/2022, 11:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sekelompok ahli paleontologi telah menemukan fosil dinosaurus kecil, yang tampak seperti berlapis baja.

Mereka berkata, dinosaurus yang disebut Jakapil kaniukura ini, memiliki kulit berduri yang kuat layaknya baja.

Jenis dinosaurus tersebut, kemungkinan mewakili seluruh garis keturunan dinosaurus lapis baja yang belum pernah diketahui.

Baca juga: Kenapa Dinosaurus Punah?

Melansir Science Alert, Minggu (14/8/2022), Jakapil kaniukura terlihat seperti kerabat primitif dinosaurus lapis baja termasuk Ankylosaurus atau Stegosaurus.

Akan tetapi, ia berasal dari periode Kapur (Cretaceous), era terakhir dinosaurus yang hidup antara 97 juta sampai 94 juta tahun lalu.

"Itu berarti seluruh garis keturunan dinosaurus lapis baja tinggal di belahan Bumi selatan, tetapi sama sekali tidak terdeteksi sampai sekarang," ujar para ahli paleontologi dalam studinya.

Adapun penemuan fosil dinosaurus itu telah dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports, pada 11 Agustus 2022 lalu. Sebagian kerangka dinosaurus ditemukan di provinsi Roío Negro di Patagonia Utara.

Ciri-ciri dinosaurus Jakapil kaniukura

Dikatakan pula bahwa dinosaurus Jakapil kaniukura mungkin berjalan tegak dengan kaki belakangnya, dan memiliki paruh pendek yang mampu menggigit dengan kuat. Sehingga, bisa memakan beberapa kayu yang keras.

Hewan purba ini diduga memiliki berat yang kira-kira sama dengan kucing rumahan. Selain itu, mempunyai deretan duri pelindung yang membentang dari leher hingga ekornya, dan mungkin tumbuh hingga seukuran 1,5 meter panjangnya.

Jakapil kaniukura merupakan pemakan tumbuhan atau herbivora, dengan gigi berbentuk daun mirip Stegosaurus. Dinosaurus baru ini, bergabung dengan Stegosaurus, Ankylosaurus, dan dinosaurus berbaju besi lainnya dalam kelompok yang disebut Thyreophoran.

Baca juga: Apakah Dinosaurus Punya Pusar? Ini Jawabannya

 

Peneliti menyebut, kebanyakan Thyreophora diketahui berasal dari belahan bumi utara, dan fosil dari anggota paling awal dalam kelompok ini mayoritas ditemukan di batuan periode Jurassic Amerika Utara, serta Eropa dari sekitar 201 juta tahun hingga 163 juta tahun yang lalu.

"Penemuan J. kaniukura menunjukkan, bahwa Thyreophoran awal memiliki distribusi geografis yang jauh lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya," papar peneliti.

Studi itu ditulis oleh ahli paleontologi dari Félix de Azara Natural History Foundation Facundo J. Riguetti dan Sebastián Apesteguía serta ahli paleontologi di University of País Vasco, Xabier Pereda-Suberbiola

"Hal yang mengejutkan adalah garis keturunan kuno thyreophorans ini bertahan (hidup) sampai periode Kapur Akhir di Amerika Selatan," tambah mereka.

Baca juga: Dilophosaurus, Dinosaurus yang Salah Identifikasi Hingga Puluhan Tahun

Smenetara itu, nama "Jakapil" berasal dari kata yang berarti "pembawa perisai" dalam bahasa Puelchean atau bahasa asli Tehuelchean Argentina.

Sedangkan "Kanikura" berasal dari kata yang berarti "puncak" dan "batu" dalam bahasa Asli Mapudungun.

Penampakan Jakapil kaniukura ketika masih hidup dapat dilihat dari simulasi komputer milik Gabriel Díaz Yantén, seorang paleoartist Chili dan mahasiswa paleontologidi Roío Negro National University.

Hasil penelitian mereka menunjukkan, evolusi awal dinosaurus Thyreophoran diperkirakan terjadi terutama di utara benua Amerika, karena sebagian besar bukti berasal dari masa Jurassic di Eropa dan Amerika utara.

Baca juga: Bagaimana Peneliti Menentukan Warna Dinosaurus?

Selanjutnya mereka bergerak ke selatan, yang mana dinosaurus lapis baja baru dari awal periode Kapur Akhir di Argentina akhirnya ditemukan di wilayah Patagonia.

Dari penampakan fisik, dinosaurus Thyreophoran berkerabat dekat dengan Scelidosaurus. Namun, tidak seperti kebanyakan Thyreophoran, jenis terbaru ini bipedal, seperti pada Scutellosaurus.

Dinosaurus tersebut, juga memperlihatkan bahwa Thyreophoran awal memiliki distribusi geografis yang jauh lebih luas daripada perkiraan sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com