Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buaya Menerkam Remaja di Danau Tolire, Bagaimana Mencegah Kejadian Serupa?

Kompas.com - 06/08/2022, 09:02 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belum lama ini, seorang remaja berinisial F (15) asal Ternate, Maluku Utara dilaporkan meninggal dunia setelah diterkam buaya ketika memancing di Danau Tolire Ternate.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com Selasa (2/8/2022), berdasarkan laporan kronologi yang diterima Basarnas Ternate, sekitar pukul 16.30 WIT, ada enam remaja yang merupakan warga setempat berada di Danau Tolire untuk memancing ikan.

Lalu, pada pukul 16.50 WIT, tiba-tiba seekor buaya muncul menerkam satu dari enam remaja tersebut dan membawanya ke dalam air. Seketika lima remaja lainnya segera menyelamatkan diri, dan melaporkan kejadian itu ke Bhabinkamtibnas, masyarakat sekitar, dan tim SAR.

"Sekitar pukul 17.40 WIT, tim Rescue Basarnas Ternate bergerak menuju ke LKP (lokasi kejadian) dengan menggunakan satu unit rescue car serta membawa peralatan SAR untuk melakukan operasi SAR," kata Fathur Rahman, Kepala Basarnas Ternate, dikutip dari Antara, Selasa (02/08/2022).

Korban juga tampak muncul ke permukaan Danau Tolire. Fatur berkata, jasad F sempat menghilang selama tiga hari sebelum akhirnya ditemukan warga dibantu tim Basarnas Ternate, Kamis lalu.

Lantas, bagaimana cara mencegah agar kejadian serupa, buaya menerkam remaja di Danau Tolire, ini tak terulang kembali?

Baca juga: Buaya Terkam Remaja di Danau Tolire Ternate, Pakar BRIN Ungkap Kemungkinan Penyebabnya

Menanggapi kejadian buaya menerkam remaja di Maluku ini, peneliti reptil dari Kantor Pusat Riset Biologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Amir Hamidy, M.Sc, mengungkapkan pentingnya penanda bahaya di area rentan.

Artinya, diperlukan pemasangan plang agar warga setempat tidak mendatangi wilayah di mana ada buaya muara (Crocodylus porosus) yang hidup di sekitarnya.

"Yang kedua (perhatikan) waktu, buaya sangat aktif menjelang sore, itu juga bisanya terjadi di jam-jam itu karena buaya mungkin lagi berburu," ujar Amir saat dihubungi Kompas.com, Jumat (5/8/2022).

Memasuki musim kawin, kata dia, buaya muara juga sangat teritorial dan kuat. Mereka akan menyingkirkan penjantan lain ke luar wilayah kekuasaannya. Sehingga, buaya yang tersingkirkan itu mencari area lain di mana kemungkinan berdekatan dengan permukiman warga.

"Buaya yang kalah dengan jantan lain, akan berpindah tempat dan menimbulkan konflik dengan manusia," imbuhnya.

Dari kasus remaja diterkam buaya di Maluku Utara itu, Amir juga mencontohkan upaya untuk mencegah buaya menerkam manusia yang diterapkan di sungai di Afrika.

Baca juga: Bertemu Buaya, Apa yang Harus Dilakukan untuk Menyelamatkan Diri?

Ilustrasi buaya air asin Australia.SHUTTERSTOCK Ilustrasi buaya air asin Australia.

Warga setempat memasang jaring di zona tertentu yang menjadi tempat mereka mengambil air. Dengan demikian, buaya tidak akan memasuki wilayah yang ditinggali manusia.

"Danau sebenarnya perairan tertutup, tapi kalau dia punya jalur sungai yang keluar-masuk, inlet atau outlet-nya buaya bisa lewat ke sana, buaya pun di darat bisa jalan," ucap Amir.

"Coba dimonitor di dalam situ (Danau Tolire), kalau memang itu habitat buayanya bisa jadi memang di situ habitat dari sananya, tapi bisa jadi migrasi dari tempat lain juga," sambung dia.

Mencegah agar tak diserang buaya

Amir menyebut, jarak aman jika ingin beraktivitas di sekitar wilayah perairan setidaknya tiga meter dari bibir sungai atau danau.

Sebab, buaya cenderung mengandalkan sergapan yang artinya jika berada pada jarak kurang dari itu berisiko mengalami serangan ataupun terkaman buaya.

Buaya yang berukuran besar, kata dia, mampu untuk menyerang manusia namun pergerakannya di darat tidak selihai saat di dalam air.

Baca juga: Kenapa Buaya Sering Membuka Mulut Saat Berjemur? Ini Alasannya

"Masalahnya ini kan kita enggak bisa mendeteksi ada di mana individu buayanya. Mereka di air, ketika muncul matanya cuma kayak kayu, apalagi saat sore," papar Amir.

Adapun cara menghindari buaya ialah dengan mengenali zona pada saat Anda masuk ke air, apakah pernah ada riwayat reptil ini ditemukan di wilayah tersebut. Mereka juga senang memakan ikan dan udang, ini bisa menandakan perairan itu telah dihuni buaya.

"Kalau zona yang memang ada buayanya jangan beraktivitas di situ, yang kedua jangan menunggu konflik lagi. Kalau sudah ada buaya di situ udah dikasih plang bahwa hati-hati (ada) buaya, jangan beraktivitas di air segala macam," tegasnya.

Ia turut menekankan pentingnya relokasi buaya, apabila habitatnya berada di wilayah padat penduduk. Kendati tidak mudah melakukannya, jika dibiarkan kondisi itu justru berpotensi menimbulkan konflik antara manusia dengan buaya.

"Kalau memang dia habitat buaya lihat level populasinya dimonitor. Level potensi konflik juga dimonitor, dan nanti kalau memang (dekat permukiman padat penduduk) direlokasi di lokasi lain yang memang enggak ada habitat manusianya," jelas Amir.

Baca juga: 7 Buaya yang Paling Berbahaya di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com