Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkanya Terus Melonjak, WHO Sebut Cacar Monyet Capai 14.000 Kasus

Kompas.com - 22/07/2022, 17:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber UN News

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat kenaikan kasus cacar monyet, atau monkeypox yang sudah tersebar di berbagai negara di dunia.

Hingga Kamis, 21 Juli 2022 setidaknya ada lebih dari 14.000 kasus cacar monyet, di mana enam negara melaporkan kasus pertama mereka pada pekan lalu.

Sepanjang tahun 2022, pihaknya turut melaporkan 71 negara anggota dari enam wilayah WHO yang mengidentifikasi cacar monyet.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menuturkan bahwa lima kematian akibat cacar monyet juga terjadi di Afrika, yang merupakan endemik monkeypox.

Baca juga: WHO Catat Dua Kasus Kematian Baru akibat Infeksi Cacar Monyet

Sebagian besar kasus, kata Tedros, telah ditemukan di wilayah Eropa terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria.

“Pola penularan ini merupakan peluang untuk menerapkan intervensi kesehatan masyarakat yang ditargetkan, dan tantangan karena di beberapa negara, masyarakat yang terkena dampak menghadapi diskriminasi yang mengancam jiwa,” ungkapnya dikutip dari UN News, Kamis (21/7/2022).

Dia menambahkan, pria yang berhubungan seks dengan pria dapat dianggap maupun disalahkan terkait dengan wabah cacar monyet.

Sehingga, membuat penyakit akibat infeksi virus cacar monyet itu lebih sulit dilacak dan dihentikan.

Penilaian kembali status cacar monyet

Pertemuan kedua Komite Darurat Cacar Monyet WHO, telah digelar pada Kamis lalu, untuk menilai apakah status cacar monyet merupakan public health emergency of international concern (PHEIC) atau darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

Untuk diketahui, PHEIC adalah kewaspadaan tertinggi yang ditetapkan WHO seperti pada Covid-19.

Mereka akan membahas bukti dan kondisi terbaru, kemudian mengumumkan keputusannya dalam beberapa hari mendatang.

Komite tersebut pertama kali bertemu bulan lalu, tetapi memutuskan untuk tidak menyatakannya sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

Baca juga: Anak-anak Termasuk Kelompok Berisiko Tertular Cacar Monyet, Apa Alasannya?

 

Tedros mengakui setiap keputusan mengenai kemungkinan penentuan status penyakit, melibatkan pertimbangan dari banyak faktor yang tak lain untuk melindungi kesehatan masyarakat.

"Komite telah membantu memberi gambaran dinamika wabah ini (cacar monyet). Seiring dengan perkembangan wabah, penting untuk menilai efektivitas intervensi kesehatan masyarakat di berbagai pengaturan, untuk lebih memahami apa yang berhasil, dan apa yang tidak," paparnya. 

Cacar monyet adalah salah satu penyakit akibat virus, yang lebih umum terjadi di daerah hutan hujan tropis di Afrika Tengah dan Afrika Barat.

Baca juga: Cacar Monyet: Informasi Lengkap yang Harus Anda Ketahui

Lantaran saat ini penyakit tersebut telah merebak ke banyak negara, Tedros menyampaikan salah satu alat paling ampuh untuk melawan cacar monyet adalah informasi yang lebih memadai.

“Semakin banyak informasi yang dimiliki tentang orang-orang yang berisiko terkena monkeypox, semakin mereka dapat melindungi diri mereka sendiri. Sayangnya, informasi yang dibagikan kepada WHO oleh negara-negara di Afrika Barat dan Tengah masih sangat sedikit," terang Tedros. 

WHO pun menggarisbawahi, ketidakmampuan untuk mengarakterisasi situasi epidemiologi di wilayah tersebut merupakan tantangan substansial, dalam merancang intervensi guna mengendalikan penyakit yang terabaikan secara historis.

Badan kesehatan PBB itu juga telah bekerja sama dengan komunitas yang terkena dampak di semua wilayahnya, sekaligus menyerukan peningkatan semua tindakan pencegahan, terutama pada populasi yang paling terkena dampak.

Sementara itu, WHO telah memvalidasi, mengadakan dan melakukan tes ke beberapa negara serta terus memberikan dukungan untuk akses yang diperluas untuk diagnostik yang efektif.

Baca juga: Kemenkes Pastikan Belum Ada Kasus Cacar Monyet di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com