Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Gerhana Matahari dari Luar Angkasa Terekam Pesawat Ruang Angkasa NASA

Kompas.com - 02/07/2022, 20:03 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Pesawat ruang angkasa pemantau Matahari milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), merekam fenomena gerhana Matahari yang tak biasa.

Pasalnya, gerhana Matahari pada Rabu 29 Juni 2022 lalu itu hanya dapat diamati dari luar angkasa saja.

Pesawat bernama Solar Dynamics Observatory (SDO) itu, merekam gerhana Matahari dari sudut pandang uniknya di luar angkasa. Hanya di tempat inilah peristiwa tersebut bisa terlihat.

"Pada puncak gerhana Bulan menutupi 67 persen bagian Matahari, dan pegunungan Bulan diterangi oleh lidah api Matahari," tulis SpaceWeather.

Seperti dilansir dari Live Science, Sabtu (2/7/2022), SDO biasanya mengamati Matahari sebagai sumber cuaca luar angkasa, atau radiasi di luar angkasa yang memengaruhi Bumi.

Wahana tersebut mempelajari sejumlah aspek dari Matahari yang di antaranya meliputi medan magnet, bintik Matahari, dan aspek lain yang memengaruhi aktivitasnya selama siklus Matahari 11 tahun.

"SDO mempelajari bagaimana aktivitas matahari terjadi dan menyebabkan cuaca luar angkasa. Pengukuran interior Matahari, atmosfer, medan magnet, dan pelepasan energi pesawat ruang angkasa berfungsi untuk membantu memahami bintang," ujar NASA.

Baca juga: Bagaimana Fenomena Gerhana Matahari Total Itu Terjadi?

Solar Dynamics Observatory, wahana antariksa yang berhasil merekam fenomena gerhana matahari ini, diluncurkan pada Februari 2010 silam, yang merupakan bagian dari jaringan pesawat ruang angkasa surya NASA dan mitranya, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).

Para ilmuwan pun meneliti aktivitas Matahari yang cukup sering terjadi belakangan ini. Diperkirakan, aktivitas Matahari akan mencapai puncaknya di tahun 2025 mendatang.

Mereka juga mengaku tertarik untuk mendalami awal mula terjadinya suar Matahari, dan lontaran massa koronal atau coronal mass ejections (CME), yang memiliki partikel bermuat dan dapat menciptakan aurora di atmosfer Bumi.

Umumnya, CME tidak berbahaya bagi kehidupan di planet ini. Kendati demikian, ledakan yang kuat dapat mengganggu beberapa teknologi yang ada di Bumi termasuk satelit, saluran listrik, dan infrastruktur lainnya.

Itulah sebabnya kenapa para ilmuwan sangat tertarik untuk memprediksi waktu terjadinya CME. Bahkan, NASA telah mengirim misi pengamatan jarak dekat yang disebut Parker Solar Probe untuk menyelidiki korona atau wilayah luar Matahari yang sangat panas.

Sementara satelit lainnya, bertugas untuk mengamati dari jarak jauh guna melengkapi data yang dibutuhkan ilmuwan.

Pesawat ruang angkasa NASA berhasil merekam aktivitas menakjubkan dari bintang Tata Surya ini, yakni mengabadikan fenomena gerhana matahari yang tak biasa, dari luar angkasa.

Baca juga: Dua Fenomena Gerhana Matahari di Mars Diabadikan Robot Curiosity

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com