Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Fenomena Langit Langka Terjadi pada Juni-Juli, Simak Waktunya!

Kompas.com - 13/06/2022, 12:02 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Fenomena antariksa langka akan kembali menyambangi langit Indonesia selama bulan Juni hingga Juli mendatang. Akan ada tiga fenomena langka yang dapat disaksikan masyarakat. 

Ketiga peristiwa langit yang dapat disaksikan tersebut, yaitu Purnama Stroberi Super (Full Strawberry Supermoon), Bulan Baru Stroberi Mikro (New Strawberry Supermoon), dan Purnama Rusa Super (Full Buck Supermoon).

“Pada bulan Juni hingga Juli mendatang, masyarakat dapat menyaksikan tiga fenomena antariksa yang cukup langka,” ujar Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang seperti dikutip Kompas.com, pada Senin (13/6/2022).

Penyebab sebenarnya purnama kali ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan Bulan purnama Super atau yang secara teknis disebut Purnama Perige (Perigeal Full Moon). Sementara itu, Bulan Baru Stroberi bertepatan dengan Bulan Baru Mikro (New Micromoon) atau Bulan Baru Apoge (Apogeal New Moon).

Ketiga fenomena antariksa langka di Juni dan Juli tersebut bisa diamati tanpa alat bantu optik apa pun, kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk foto maupun video.

Baca juga: Fenomena Langka 9 Tahun Sekali, Bulan Baru Mikro Diapit 2 Kali Supermoon

Berikut detail tiga fenomena langit langka Indonesia pada Juni dan Juli ini. 

1. Fenomena Bulan Purnama Stroberi Super

Purnama Stroberi Super atau Full Strawberry Supermoon adalah bulan purnama super yang terjadi di bulan Juni. Definisi ini juga dipakai untuk fase bulan baru.

“Penamaan ini berasal dari The Farmer’s Almanac (Almanak Petani Amerika). Pada bulan Juni dilakukan panen stroberi. Jadi penamaan ini sebenarnya berasal dari penanda musim tertentu bagi penduduk asli Amerika,” jelas Andi.

Penyebab utama Bulan Baru Stroberi bertepatan dengan Bulan Baru Mikro (New Micromoon) atau Bulan Baru Apoge (Apogeal New Moon).

Terkait waktu, fenomena Bulan Purnama Stroberi Super akan terjadi pada 14 Juni 2022 pukul 18.51 WIB / 19.51 Wita / 20.51 WIT, pada jarak 357.368 km.

Baca juga: Waspada Dampak Fenomena Langka Bulan Baru Mikro Diapit 2 Supermoon

Ilustrasi bulan setengah lingkaran. Fenomena bulan setengah lingkaran, Bulan membentuk sudut siku-siku setelah fase bulan purnama dalam fase akhir Perbani.SHUTTERSTOCK/taffpixture Ilustrasi bulan setengah lingkaran. Fenomena bulan setengah lingkaran, Bulan membentuk sudut siku-siku setelah fase bulan purnama dalam fase akhir Perbani.

2. Fenomena Bulan Baru Stroberi Mikro

New Micromoon atau Bulan Baru Mikro kali ini diapit oleh dua Bulan Purnama Super yang terjadi pada dua bulan berturut-turut.

Fenomena ini terakhir kali terjadi pada 2004 dan 2013, sehingga bisa dikatakan ini adalah fenomena astronomis langka karena hanya terjadi setiap sembilan tahun sekali.

Peristiwa Bulan Baru Stroberi Mikro akan kembali terjadi pada 2031 dan 2040.

Bulan Baru Stroberi Mikro akan terjadi pada 29 Juni 2022 pukul 09.52 WIB / 10.52 Wita / 11.52 WIT, pada jarak 406.569 km.

Untuk diketahui, Bulan Baru Stroberi Mikro tidak dapat disaksikan sebelum matahari terbit.

 

Baca juga: Fenomena Langka: Bulan, Jupiter, dan Saturnus Sejajar hingga Malam Ini

Sebab, terbitnya yang lebih lambat dibandingkan matahari dan permukaan bulan yang menghadap bumi tidak terkena cahaya matahari sehingga tampak gelap.

3. Bulan Purnama Rusa Super

Bulan Purnama Rusa Super (Full Buck Supermoon)adalah purnama yang terjadi bulan Juli. Peristiwa ini akan terjadi pada 14 Juli 2022 pukul 01.57 WIB / 02.57 Wita / 03.57 WIT, pada jarak 357.418 km.

Penamaan dari fenomena ini juga berasal dari The Farmer’s Almanac, yang pada bulan Juli rusa jantan muda mulai tumbuh tanduknya.

Sehingga penamaan bulan purnama rusa ini sebenarnya berasal dari perilaku hewan yang timbul pada musim-musim tertentu bagi penduduk asli Amerika.

Baca juga: Fenomena Langit Juni 2022: Solstis, Hilal, hingga Supermoon

Sebuah pesawat Embraer 190-100IGW dari Aerolineas Argentinas, dalam penerbangan reguler dari Buenos Aires ke kota Argentina Bahia Blanca, melintas di depan Supermoon, Selasa (19/2/2019). Fenomena Supermoon kali ini yang disebut juga dengan Super Snow Moon terjadi saat bulan berada pada titik perige terdekat yakni 363.300 km dari bumi sehingga bulan terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari bulan purnama biasanya.AFP/ALEJANDRO PAGNI Sebuah pesawat Embraer 190-100IGW dari Aerolineas Argentinas, dalam penerbangan reguler dari Buenos Aires ke kota Argentina Bahia Blanca, melintas di depan Supermoon, Selasa (19/2/2019). Fenomena Supermoon kali ini yang disebut juga dengan Super Snow Moon terjadi saat bulan berada pada titik perige terdekat yakni 363.300 km dari bumi sehingga bulan terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari bulan purnama biasanya.

Untuk menyaksikan ketiga fenomena langit ini, dapat dilakukan dengan mengarahkan pandangan sesuai arah terbit hingga terbenamnya bulan pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

Dampak fenomena bulan purnama langka

Seperti pada fase bulan baru pada umumnya, baik Purnama Stroberi, bulan Baru Stroberi Mikro, maupun Purnama Rusa Super, dapat menimbulkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan hari-hari biasanya.

“Adanya konfigurasi matahari-bumi-bulan atau bisa juga matahari-bulan-bumi yang berada di posisi segaris membuat timbulnya pasang yang lebih besar. Apalagi konfigurasi ini juga diperkuat dengan bulan yang berada di titik terdekatnya dengan bumi,” papar Andi.

Perlu digarisbawahi, pasang laut tertinggi akan terjadi pada 14 Juni dan 14 Juli mendatang.

 

Baca juga: Mulai Petang Ini, Bulan Purnama Rusa Hadir Hiasi Langit Indonesia

Oleh karena itu, para nelayan diimbau tidak melaut selama dua hari sebelum dan dua hari sesudah puncak fenomena bulan purnama ini, yakni antara 12-16 Juni dan 12-16 Juli 2022.

“Perhitungan ini hanya mempertimbangkan faktor astronomis saja tanpa melihat gelombang laut akibat badai angin,” jelas Andi.

Selain itu, pasang laut pada 29 Juni 2022 secara astronomis juga perlu dipertimbangkan oleh masyarakat.

“Gaya pasang laut saat Bulan Baru Mikro adalah sebesar 52 persen dari gaya pasang laut saat Bulan Perbani Super. Sehingga perlu diwaspadai juga pasang laut ini antara dua hari sebelum dan dua hari sesudah puncak fenomena ini, yaitu antara 27 Juni-1 Juli 2022,” pungkas Andi.

Baca juga: Fenomena Supermoon Biru Sekaligus Gerhana akan Terlihat di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com