Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Sebut Hiu Putih Sebabkan Kepunahan Hiu Purba Megalodon

Kompas.com - 04/06/2022, 09:03 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Hiu purba Megalodon yang hidup lebih dari 23 juta tahun lalu ukurannya hampir empat kali lebih besar dari hiu putih yang mengarungi lautan hari ini. Studi baru ungkap bahwa hiu putih jadi penyebab kepunahan hiu raksasa megalodon.

Namun, kedua spesies hiu yang pernah hidup bersampingan itu kemungkinan juga memburu beberapa mangsa yang sama.

Menurut studi baru kompetisi itu berpotensi menjadi salah satu alasan mengapa hiu megalodon yang mampu tumbuh hingga 20 meter ini kemudian punah.

Dikutip dari CNN, Jumat (3/6/2022) untuk sampai pada temuan penyebab kepunahan hiu megalodon ini, para peneliti menggunakan teknik baru.

Mereka menganalisis tanda makanan yang terkandung dalam gigi 13 spesies hiu yang punah dan 20 hiu modern untuk memahami di mana posisi hiu-hiu itu dalam rantai makanan.

"Megalodon biasanya digambarkan sebagai hiu raksasa berukuran super dalam novel dan film. Tapi kenyataannya adalah kita masih tahu sedikit tentang hiu yang telah punah ini," kata Kenshu Shimada, penulis studi dan profesor paleobiologi di Universitas DePaul di Chicago.

Baca juga: 4 Kali Lebih Panjang dari Hiu Putih, Ahli Ungkap Ukuran Hiu Megalodon

Dalam studi baru tentang penyebab punahnya megalodon ini Shimada menjelaskan bahwa kisaran makanan hiu putih besar Pliosen awal sangat mirip dengan hiu megalodon, menunjukkan bahwa data yang dimilikinya tak bertentangan dengan hipotesis mengenai kompetisi yang terjadi antara dua spesies hiu.

Peneliti dapat mengumpulkan informasi ini dengan melihat keberadaan isotop yang berbeda dari unsur kimia seng yang terawetkan dalam email gigi hiu.

Seng sangat penting untuk organisme hidup dan memainkan peran penting dalam perkembangan tulang.

Rasio isotop seng berat dan ringan dalam gigi mempertahankan catatan jenis materi hewani yang dimakan hiu.

"Isotop seng dapat digunakan sebagai indikator ekologi karena rasio dari dua isotop yang berbeda ini berubah saat hewan bergerak ke atas rantai makanan," papar Michael Griffiths, rekan penulis dalam studi.

Misalnya, jika hiu purba megalodon memakan hiu putih, posisinya yang lebih tinggi dalam rantai makanan akan tercermin dalam catatan isotop.

Baca juga: Benarkah Nenek Moyang Hiu Putih adalah Megalodon?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com