Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ingatkan Badai dan Topan Dua Kali Lebih Hebat Terjadi Tahun 2050

Kompas.com - 29/04/2022, 19:02 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Para ilmuwan memperingatkan potensi badai dan topan hampir di semua wilayah di dunia, bisa terjadi dua kali lipat lebih hebat pada tahun 2050. Bertambahnya potensi badai tersebut tak lain dikarenakan perubahan iklim.

Studi yang telah diterbitkan di jurnal Science Advances ini mendefinisikan badai intens dengan badai kategori 3 atau lebih kuat.

Disebutkan, bahwa dampak perubahan iklim ini kemungkinan akan menyebabkan badai lebih tinggi dalam beberapa dekade mendatang, dan lebih banyak orang terkena dampaknya di beberapa wilayah paling rentan di dunia.

Selain itu, peneliti menemukan kecepatan angin dalam badai dapat meningkat sebanyak 20 persen, serta peningkatan yang luar biasa dalam frekuensi badai kategori 4 dan kategori 5, dengan lebih dari 200 persen di beberapa wilayah.

“Hasil kami juga menekankan kembali bahwa wilayah yang saat ini memiliki risiko (sangat) rendah dapat mulai benar-benar terkena dampak siklon tropis di bawah perubahan iklim,” ujar ilmuwan iklim di Universitas Amsterdam dan penulis utama studi Nadia Bloemendaal seperti dikutip dari CNN, Kamis (28/4/2022).

Prediksi statistik badai dan topan tahun 2050

Dalam studi ini, para peneliti menggunakan sistem prediksi statistik yang disebut STORM untuk menghasilkan 10.000 tahun kondisi iklim masa lalu dan masa depan.

Baca juga: BMKG: Awas Siklon Tropis Surigae Bisa Berkembang Jadi Badai Topan

Setelah itu, para ilmuwan menggunakan peta kecepatan angin resolusi tinggi untuk memeriksa perubahan badai dan topan di masa depan pada skala lokal, yang sangat penting untuk perspektif penilaian risiko.

Wilayah di sekitar Hong Kong dan sebagian Pasifik Selatan memiliki kemungkinan tertinggi peningkatan badai topan dengan intensitas tinggi.

Sementara itu, Tokyo yang merupakan wilayah metropolitan terbesar di dunia dengan populasi sekitar 38 juta orang, saat ini memiliki peluang 4,6 persen per tahun untuk terkena dampak badai hebat.

Di masa mendatang, para ilmuwan menemukan angka tersebut melompat ke probabilitas 13,9 persen. Lompatan mencolok lainnya terjadi di Hawaii, dengan Honolulu memiliki kemungkinan 4 persen setiap tahun dilanda badai hebat.

Penelitian tersebut menunjukkan, di tahun-tahun mendatang jumlah itu akan menjadi 8,6 persen, lebih dari dua kali lipat.

Terkait prediksi badai dan topan lebih kuat tahun 2050, para peneliti menuturkan, hasil studi ini kemungkinan dikarenakan peningkatan suhu permukaan laut di seluruh dunia.

Baca juga: Apa Itu Badai Topan Nargis?

ilustrasi badai salju.UNSPLASH/FLOW CLARK ilustrasi badai salju.

 

Suhu laut telah menghangat secara drastis selama beberapa dekade terakhir sebagai akibat dari pembakaran bahan bakar fosil.

“Air yang lebih hangat akan menciptakan lebih banyak bahan bakar untuk meningkatkan intensitas badai,” ujar Bloemendaal.

Adapun daerah yang tidak terlihat siklon tropis intens yang berlipat ganda di masa mendatang adalah Teluk Meksiko dan Teluk Benggala. Frekuensi badai intens tetap pada dasarnya dan tidak berubah.

Hal ini disebabkan kondisi atmosfer di wilayah tersebut akan menjadi kurang menguntungkan bagi badai tropis di masa depan.

Baca juga: Saat Badai Api Melanda Planet Bumi pada 13.000 Tahun yang Lalu...

"Model iklim global memproyeksikan peningkatan stabilitas atmosfer di wilayah itu di bawah kondisi iklim masa depan," tulis Bloemendaal.

Dikarenakan peningkatan stabilitas atmosfer ini, lanjut dia, frekuensi keseluruhan siklon tropis di Teluk Meksiko diproyeksikan menurun, karena kondisinya menjadi lebih tidak menguntungkan untuk pengembangan siklon tropis.

Kendati begitu, ia mencatat bahwa ketika badai tropis terbentuk di wilayah tersebut, perairan yang lebih hangat akan menyediakan bahan bakar ekstra untuk meningkatkan intensitas topan hingga kategori 3 atau lebih tinggi.

Sehingga, saat para ilmuwan berharap untuk melihat lebih sedikit badai secara keseluruhan di Teluk Meksiko atau Teluk Benggala, ini akan menjadi sangat kuat dan mahal.

Baca juga: Peringatan Dini BMKG: Malam Ini Akan Lahir Badai Tropis Teratai, Waspadai Dampaknya

Ilustrasi badai petir, rahasia alam semesta.SHUTTERSTOCK/John D Sirlin Ilustrasi badai petir, rahasia alam semesta.

Dampak material bencana badai dan topan

Seperti diketahui, badai dan topan telah menyebabkan kerugian moneter lebih banyak daripada bencana alam lainnya.

Seperti halnya Amerika Serikat, dalam dekade terakhir mencatat mengalami kerugian 480 miliar dollar akibat badai tropis dan angin topan.

Bloemendaal mengatakan, hal ini menjadi salah satu alasan pentingnya memproyeksikan badai terkuat yang akan terjadi di masa depan.

"Hasil studi dapat membantu mengidentifikasi lokasi yang rentan terhadap peningkatan risiko siklon tropis terbesar," papar Bloemendaal.

Baca juga: 3 Badai Terbesar di Dunia yang Tercatat Sejarah

Sehingga pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko di wilayah masing-masing, yang membuat kerusakan dan korban jiwa dapat dikurangi.

Sebagai tambahan informasi, secara global sebesar 80 hingga 100 siklon tropis terbentuk setiap tahunnya.

Namun, minimnya data membuat ilmuwan sulit untuk memprediksi perubahan jangka panjang di tengah krisis iklim sebagai dampak perubahan iklim.

Dengan penelitian terbaru, para ilmuwan berharap dunia akan memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai badai topan, fenomena alam paling merusak di seluruh dunia yang akan terjadi di masa depan.

Baca juga: Benarkah Badai Matahari Ekstrem Bisa Sebabkan Kiamat Internet?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com