Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status Pandemi Covid-19 Belum Akan Diubah Jadi Endemi, Ini Kata WHO

Kompas.com - 18/04/2022, 15:01 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memastikan bahwa status pandemi Covid-19, masih jauh untuk menjadi endemi. Sebab, virus corona masih dapat memicu wabah besar di seluruh dunia.

Dijelaskan Direktur Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Dr Michael Ryan anggapan mengenai Covid-19 yang saat ini sudah mereda adalah kekeliruan.

Terlebih banyak masyarakat yang menganggap bahwa status endemi mengartikan akhir dari penularan virus.

"Saya tentunya tidak percaya kita telah mencapai sesuatu yang mendekati situasi endemik dengan (keberadaan) virus corona," ujar Ryan seperti dilansir dari Aljazeera, Kamis (14/4/2022).

"Itu (Covid-19) belum menjadi penyakit endemi," sambungnya.

Baca juga: WHO Ungkap 3 Skenario Pandemi Covid-19 Tahun Ini, Salah Satunya Penurunan Tingkat Keparahan Penyakit

WHO dalam kegiatan tanya jawab dengan media terkait status pandemi Covid-19, Ryan mengatakan virus corona belum masuk ke pola penyakit musiman atau jenis penularan apa pun.

Dirinya juga menegaskan bahwa virus SARS-CoV-2 yang sudah memiliki banyak varian ini, tetap mampu menyebabkan wabah penyakit besar.

"Jangan beranggapan bahwa endemik sama saja sudah selesai, ringan atau bukan sebuah masalah. Itu sama sekali tidak," ungkap Ryan.

Ryan mencontohkan tuberkulosis dan malaria sebagai penyakit endemik, yang masih membunuh jutaan orang per tahun. Artinya, meski Covid-19 menjadi penyakit endemik, penyakit itu tetap membahayakan bagi masyarakat.

Pada pekan lalu, WHO mencatat jumlah kematian Covid-19 terendah sejak pandemi pada awal 2020. Akan tetapi, dengan lebih dari 20.000 kematian dilaporkan Ryan mengatakan kasus ini masih terlalu banyak, dan seharusnya masyarakat dunia tidak abai terhadap penularannya.

Baca juga: WHO Ungkap Syarat untuk Mengakhiri Fase Akut Pandemi Covid-19

Ilustrasi pandemi Covid-19 menjadi endemi. Transisi pandemi ke endemi Covid-19.SHUTTERSTOCK/BUKANZIZANRAZAK Ilustrasi pandemi Covid-19 menjadi endemi. Transisi pandemi ke endemi Covid-19.

Menurutnya, sejumlah penyakit epidemik yang menetap menjadi pola endemik, kerap kali menyebabkan penyakit pada anak-anak seperti campak dan difteri.

Hal ini terjadi lantaran, saat anak baru lahir mereka lebih rentan dibandingkan orang dewasa.

Ia juga mengatakan jika tingkat vaksinasi turun, seperti yang terjadi pada campak, epidemi bisa pecah lagi.

Di sisi lain, Pemimpin Teknis Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove mengatakan virus corona terus beredar pada tingkat yang lebih tinggi, dan mengakibatkan kenaikan kasus kematian.

"Kita masih berada di tengah pandemi ini. Kita semua berharap tidak demikian. Tapi kita belum dalam tahap endemi," terangnya.

Baca juga: WHO: Eropa Mungkin Bisa Menuju Akhir Pandemi Covid-19

Dilansir dari Reuters, Jumat (18/3/2022) beberapa waktu lalu Juru Bicara WHO Margaret Harris juga memperingatkan kepada dunia bahwa pandemi Covid-19 masih jauh dari kata selesai.

"(Pandemi Covid-19) masih jauh dari selesai". Yang pasti kita (masih) berada di tengah pandemi,” ucap Harris.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus turut menyampaikan bahwa banyak negara di Asia, dan Pasifik yang saat ini masih menghadapi lonjakan kasus Covid-19 maupun kematian.

“Virus ini terus berkembang, dan kami terus menghadapi kendala besar dalam mendistribusikan vaksin, tes, dan perawatan di mana pun pasien membutuhkannya," jelasnya.

WHO menyebut, beberapa faktor lain menyebabkan peningkatan kasus infeksi termasuk penularan varian Omicron dan subvarian BA.2, serta pencabutan aturan Covid-19 di banyak negara.

Baca juga: WHO Nyalakan Alarm Keras: Dunia di Titik Berbahaya Pandemi Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com