Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penyakit Hipertensi Paru pada Anak, Penyebab dan Gejalanya

Kompas.com - 11/03/2022, 09:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

Sementara itu, beberapa gejala hipertensi paru secara umum yang mungkin dirasakan pasien termasuk:

  • Nyeri dada
  • Mudah lelah
  • Pingsan
  • Jantung berdebar sangat cepat secara tiba-tiba
  • Lemas
  • Bengkak di kaki atau di bagian perut
  • Pusing
  • Kadang disertai batuk
  • Gejala lainnya termasuk hemoptisis atau batuk berdarah dari saluran pernapasan, sindrom ortner atau suara serak dari pita suara, dan aritmia atau gangguan irama jantung tetapi biasanya jarang terjadi.

"Kalau hipertensi paru tidak diketahui, maka penanganan penyakitnya juga menjadi sulit. Bahkan, angka kematiannya juga cukup tinggi," jelas Rizky.

"Kalau hipertensi paru-nya pada anak tidak diobati maka pada saat dewasa menjadi beban tersendiri karena hipertensi paru-nya semakin berat," sambungnya.

Baca juga: Sesak Napas, Begini Kondisi Paru-Paru pada Penderita TBC

Lantas, bagaimana orangtua bisa mengetahui hipertensi paru pada anak?

Dalam kesempatan yang sama, Pakar Kardiologi Anak dan Penyakit Jantung Bawaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, dr Radityo Prakoso, Sp.JP(K), membeberkan cara agar orangtua mengetahui apakah anaknya terkena hipertensi paru yakni dengan pemeriksaan klinis.

Hal pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis hipertensi paru ialah, dokter akan menanyakan gejala atau keluhan yang dirasakan anak secara rinci.

“Bila terdapat kecurigaan akan hipertensi paru, pemeriksaan utama untuk menegakkan diagnosis adalah dengan melakukan kateterisasi jantung kanan," ungkap Radityo.

Menurutnya, dokter yang menangani akan mengukur tekanan di arteri pulmonal, dan jantung kanan anak melalui kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di area paha kemudian diteruskan ke jantung.

Baca juga: Mengenal Penyebab TBC, Penyakit yang Menyerang Paru

Diagnosis penyakit hipertensi paru pada anak juga umumnya dilakukan melalui anamnesis atau pemeriksaan riwayat secara rinci, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium.

Selain itu dilakukan skrining dengan elektrokardiogram (EKG), dan ekokardiografi. Berbagai pemeriksaan tambahan lainnya meliputi pemeriksaan dengan foto toraks ataupun pencitraan CT scan toraks.

Dokter Radityo menyampaikan, bahwa hipertensi paru tahap awal bisa diobati dengan melihat apakah terdapat kebocoran jantung pada pasien, dan apabila ada tindakan yang dilakukan selanjutnya ialah menutup kebocoran tersebut jika memungkinkan.

"Kemudian kita berikan obat-obatan karena reversibel kembali menjadi normal. Tapi, bila dia telat terdeteksi misalnya dan masih reversibel progesivitasnya bisa di stop dan akan terkontrol," terangnya.

Oleh sebab itu, para orangtua perlu berkonsultasi kepada dokter, jika anaknya memiliki risiko ataupun menunjukkan gejala hipertensi paru, agar mendapatkan penanganan yang tepat setelah diagnosis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com