KOMPAS.com - Kondisi minyak goreng yang langka di pasaran semakin membuat masyarakat semakin resah. Apalagi, kini sebulan menjelang Ramadhan.
Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang masih terus berebut membeli minyak goreng. Belum lagi, pembelian minyak goreng juga dibatasi hanya dua liter per orang.
Namun sebenarnya, dibandingkan dengan metode memasak lainnya, menggoreng dengan minyak goreng justru akan menambahkan banyak kalori ke dalam makanan.
Baca juga: Minyak Goreng Langka dan Mahal, Ini Alternatif Mengolah Makanan Menurut Ahli Gizi
Apalagi, makanan yang digoreng biasanya dilapisi dengan adonan atau tepung sebelum digoreng.
Melansir Healthline, ketika makanan digoreng dengan minyak, maka akan kehilangan kandungan air dan menyerap lemak, yang selanjutnya meningkatkan kandungan kalorinya.
Secara umum, makanan yang digoreng secara signifikan lebih tinggi lemak dan kalori daripada makanan yang tidak digoreng.
Seperti dikutip dari WebMD, setidaknya ada tiga alasan memasak dengan minyak goreng kelapa sawit tidak baik untuk kesehatan.
Minyak goreng sawit relatif tinggi lemak jenuhnya. Minyak goreng sawit mengandung sekitar 34% lemak jenuh.
Belum lagi saat minyak goreng dipanaskan hingga suhu tinggi untuk menggoreng, maka kandungan lemak transnya bisa meningkat.
Sebuah penelitian juga menemukan, setiap kali minyak goreng digunakan kembali untuk menggoreng, kandungan lemak transnya semakin meningkat.
Lemak jenuh yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, obeitas, diabetes hingga kanker.
Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa minyak goreng kelapa sawit dapat meningkatkan kadar kolesterol "jahat".
Studi-studi ini membandingkan minyak goreng kelapa sawit dengan minyak cair lainnya seperti minyak zaitun, dan umumnya menemukan, bahwa minyak kelapa sawit berkinerja lebih buruk daripada minyak alternatif.
Bahkan, satu studi menemukan, bahwa minyak goreng kelapa sawit meningkatkan kolesterol pada individu yang sehat.
Baca juga: 5 Khasiat Minyak Zaitun yang Telah Terbukti Secara Ilmiah