Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Badai Matahari Bisa Menghancurkan Satelit Starlink? Ini Penjelasan Pakar

Kompas.com - 07/03/2022, 13:01 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Satelit Starlink milik SpaceX dilaporkan hancur, setelah diterjang badai Matahari pada Jumat 4 Februari 2022 lalu.

Akibatnya, 40 dari 49 satelit internet Starlink Elon Musk yang diluncurkan ke orbit rendah, sekitar 210 km di atas Bumi itu rusak dan terbakar.

Asisten Profesor Teknik Mesin dan Dirgantara dari West Virginia University, Piyush Mehta mengatakan, bahwa badai geomagnetik Matahari yang menyebabkan rusaknya satelit ini terjadi, ketika cuaca antariksa menghantam lalu berinteraksi dengan Bumi.

"Saya mempelajari bahaya yang ditimbulkan cuaca luar angkasa terhadap data berbasis ruang angkasa dan bagaimana para ilmuwan dapat meningkatkan model, serta prediksi cuaca luar angkasa untuk melindungi (Bumi) dari bahaya ini," ujar Mehta.

Baca juga: NASA Akan Kirim 2 Misi Baru ke Luar Angkasa Setelah Badai Matahari Merusak Satelit

Dilansir dari Science Alert, Minggu (6/3/2022) Mehta berkata bahwa saat cuaca luar angkasa mencapai Bumi, efeknya dapat memicu berbagai permasalahan bagi teknologi yang berada di orbit, termasuk satelit.

Berkaitan dengan penyebab rusaknya satelit Starlink pada Februari lalu, Mehta membeberkan alasannya. Menurut dia, hal itu bisa terjadi saat atmosfer Bumi menyerap energi dari badai, kemudian permukaannya memanas dan mengembang ke atas.

Pada akhirnya, lapisan atmosfer yang disebut sebagai termosfer menjadi padat. Kepadatan yang lebih tinggi dari normalnya menyebabkan lebih banyak hambatan, dan dapat menimbulkan masalah bagi satelit. Kondisi inilah yang disebut Metha sebagai penyebab rusaknya satelit Starlink setelah diterjang badai Matahari.

Satelit Starlink diluncurkan oleh roket Falcon 9 ke orbit ketinggian rendah, biasanya di suatu tempat antara 100 hingga 200 km di atas permukaan bumi. Satelit-satelit itu kemudian menggunakan mesin onboard, lalu secara perlahan naik di ketinggian sekitar 550 km.

"Satelit Starlink terbaru mengalami badai geomagnetik saat masih berada di orbit Bumi yang sangat rendah. Mesin mereka tidak dapat mengatasi hambatan yang meningkat secara signifikan, dan satelit mulai perlahan jatuh ke Bumi, akhirnya terbakar di atmosfer," ungkapnya.

Penyebab munculnya badai matahari

Mehta memaparkan, Matahari akan selalu melepaskan sejumlah partikel bermuatan energi ke ruang angkasa, dan disebut sebagai angin matahari yang juga membawa medan magnet.

"Kadang-kadang, fluktuasi lokal pada Matahari akan melepaskan ledakan partikel yang luar biasa kuat ke arah tertentu. Jika Bumi kebetulan berada di jalur angin Matahari yang meningkat dan terkena, maka (bumi akan terdampak) badai geomagnetik," terangnya.

Dua penyebab paling umum dari badai geomagnetik ialah lontaran massa koronal atau coronal mass ejections (CME) yang merupakan ledakan plasma dari permukaan Matahari.

Baca juga: Mengenal Badai Matahari yang Jatuhkan Satelit Internet Starlink Milik SpaceX

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com