Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupa Kecoak 100 Juta Tahun Lalu, Bermata Besar dan Hidup di Siang Hari

Kompas.com - 11/02/2022, 20:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Siapa sangka kecoak sudah ada di muka Bumi ini sejak jutaan tahun lalu.

Namun, berbeda dengan kecoak modern yang merupakan hewan nokturnal atau aktif di malam hari, kerabat mereka yang hidup 100 juta tahun ini justru aktif di siang hari.

Hal tersebut terungkap setelah peneliti menganalisis kecoak purba yang terperangkap dalam batu ambar.

"Spesies kecoak terawetkan dengan sangat baik dan menunjukkan banyak fitur morfologi dengan detail yang bagus," ungkap Ryo Taniguchi, pemimpin peneliti dalam studi ini seperti dikutip dari Live Science, Jumat (11/2/2022).

Baca juga: Kecil dan Tidak Berbahaya, Kenapa Banyak Orang Takut Kecoak?

Salah satu bagian yang terawetkan dengan baik adalah mata kecoak.

Hal ini memungkinkan peneliti untuk menyimpulkan, bahwa kecoak purba dengan nama ilmiah Huablattula hui ini memiliki mata yang besar.

Temuan tersebut juga menjadi menarik karena pada serangga, bagian seperti mata, antena, telinga, dan lidah yang halus biasanya tidak memfosil dengan baik di sedimen.

"Organ serangga jarang terawetkan dalam sedimen karena sangat kecil dan rapuh. Salah satu cara untuk memecahkan masalah ini adalah dengan mempelajari bahan fosil yang terawetkan dengan sangat baik di batu ambar," kata Taniguchi.

Ambar sangat ideal karena mampu secara langsung mengawetkan jaringan serangga kecil yang terperangkap di dalamnya. Sementara fosil yang diawetkan dalam sedimen, biasanya tak mengawetkan jaringan secara langsung.

Itu pula yang terjadi pada kecoak H.hui berkelamin jantan ini.

Sekitar 100 juta tahun yang lalu, selama periode Kapur, di wilayah yang sekarang merupakan Myanmar, kecoak terjebak dan mati dalam gumpalan resin pohon yang kemudian memfosil menjadi kuning.

Taniguchi bersama rekan-rekannya kemudian menggunakan berbagai teknik, seperti fotografi dan mikro CT untuk memeriksa organ sensorik yang utuh dan unik dari spesimen.

Peneliti memeriksa mata dengan menggunakan mikroskop dan fotografi, tetapi struktur antena yang sangat kecil membutuhkan pendekatan resolusi yang lebih tinggi.

Mereka pun lantas mengiris ambar dengan lebar hanya 200 mikrometer yang hanya lebih lebar dari rambut manusia. Teknik-teknik ini pun akhirnya berhasil mengungkap bagian sensorik kecoak yang sebagian besar tak diketahui.

Baca juga: Kecoak Purba Zaman Dinosaurus ini Tampak Utuh di dalam Fosil Damar

 

Pada kecoak modern biasanya memiliki mata yang kurang berkembang, tetapi mereka dapat merasakan sekitar melalui sensor sentuh yang sangat sensitif pada antena mereka.

Sebaliknya, spesies purba ini punya mata majemuk yang berkembang dengan baik, namun hanya memiliki sebagian kecil sensor sentuh antena saja.

"Bukti morfologi pada organ sensorik ini menunjukkan bahwa spesies ini mengandalkan sistem visual dalam perilaku mereka, seperti mencari makanan dan menemukan pemangsa," jelas Taniguchi.

Selain itu, berdasarkan struktur sensorik ini kemungkinan kecoak purba berperilaku seperti belalang moden yang aktif pada siang hari.

Baca juga: Kanibalisme Hewan, Kecoak Ini Saling Makan Usai Ritual Kawin

Temuan ini menunjukkan, bahwa kecoak mungkin jauh lebih beragam secara ekologis di masa lalu daripada saat ini.

Tapi peneliti berpendapat bila H.hui yang hidup di siang hari ini terdesak persaingan serangga lain dan kemudian menurunkan spesies yang beradaptasi menjadi hewan nokturnal.

Lebih lanjut, Taniguchi berharap bahwa studi mengenai fitur neurologis seperti organ indera kecil serangga bisa berkembang di masa depan dan mampu memberikan ilmuwan lebih banyak mengenai dunia sensorik serangga.

Studi dipublikasikan di jurnal The Science of Nature.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com