KOMPAS.com - Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil menemukan kecoak laut raksasa pertama di laut dalam Indonesia.
Kecoak laut raksasa merupakan jenis baru krustasea (udang-udangan) Bathynomus yang berhasil dideskripsikan pada tahun 2020 ini.
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi mengatakan bahwa penemuan jenis baru Bathynomus raksasa ini dinilai menjadi capaian penting keilmuan, khususnya dalam bidang ilmu taksonomi yang relatif sepi peminatnya.
"Penemuan jenis baru merupakain capaian besar seorang taksonomis apalagi jenis spektakuler dari sisi ukuran bahkan ekosistem di mana jenis tersebut ditemukan," kata Cahyo.
Baca juga: Seri Hewan Nusantara: Landak Jawa, Satwa Dilindungi dan Durinya Kaya Nutirisi
Cahyo berkata, penemuan jenis baru ini mengingatkan kita betapa besar potensi kenekaragaman hayati Indonesia yang belum terungkap.
"Masa depan pengungkapan keanekaragaman hayati Indonesia berkejaran dengan laju kepunahan jenis dan mungkin juga taksonom sebagai garda terdepan," ujarnya.
Lokasi penemuan berada di Selat Sunda, selatan Pulau Jawa pada kedalaman 957-1.259 meter di bawah permukaan laut.
Spesimennya dikoleksi pada kegiatan ekspedisi South Java Deep Sea Biodiversity Expedition (SJADES) yang merupakan ekspedisi LIPI bersama National University of Singapore.
Adapun koordinator penelitian ini adalah Dwi Listyo Rahayu dan Peter Ng pada tahun 2018.
Penemuan jenis baru Bathynomus raksasa ini telah dipublikasikan pada junral ZooKeys pada tanggal 8 Juli 2020.
Identifikasi Bathynomus raksasa ini dilakukan dari holotype jantan berukuran 363 milimeter dan paratype betina berukuran 298 milimeter.
"Secara umum, Bathynomus raksasa paling mirip dengan bathynomus giganteus dan Bathynomus lowryi dalam rentang ukuran dan karakter di bagian ekor atau pleotelson," jelas Conni.
Ia juga menjelaskan, perbedaan dengan dua jenis tersebut terdapat pada karakter anterna, organ ujung kepala, tekstur permukaan, duri ekor dan beberapa karakter lainnya.
Untuk diketahui, ekspedisi SJADES juga memperoleh empat spesimen Bathynomus pra-dewasa dan muda dari perairan Selat Sunda dan selatan Jawa.
Conni berkata, spesimen tersebut tidak dapat kami identifikasi ke tingkat jenis, karena karakter diagnostik jenis biasanya belum berkembang pada tahap pra-dewasa atau lebih muda.